Jakarta, PIS – Apa sih hubungan penembakan Brigadir J dengan penembakan para laskar FPI di KM 50 Tol Cikampek? Hampir pasti, tidak ada. Masalahnya, ada banyak pihak yang terus membangun opini bahwa kedua peristiwa itu berhubungan erat.
Salah satunya, dilakukan Abdul Somad. Dia mengunggah postingan di akun Instagramnya yang menampilkan video KM 50. Di bawah video itu tertera tulisan: “KM 50 TOL Cikampek Diratakan dengan Tanah untuk Menghilangkan Barang Bukti Pembantaian 6 Syuhada oleh Aparat Keamanan”.
Di sampingnya termuat narasi: “Ketika manusia tak menghiraukanmu, jangan kecewa, jangan bersedih. Berbisiklah ke bumi, malaikat-malaikat di langit mengaminkan doamu. Allah buat sesuatu yang tak terlintas di hati dan fikiran manusia.”
Somad tentu tidak memposting video itu secara random. Dia mengunggahnya sekarang rasanya untuk membangun narasi soal Polri. Agak sulit menganggap waktu postingan video itu kebetulan belaka.
KM 50 adalah lokasi bentrokan antara laskar FPI dan anggota Polri. Peristiwa bermula dari ketidakhadiran Rizieq Shihab dalam pemeriksaan polisi terkait pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukan Rizieq.
Polisi yang sebenarnya sedang melakukan pemantauan keberadaan Rizieq, diserang laskar FPI. Kejar-kejaran dan baku tembak terjadi. Enam orang laskar FPI ditembak mati polisi. Dua polisi sempat diadili dengan tuduhan melakukan pembunuhan sewenang-wenang.
Namun hakim memutuskan, petugas yang menembak itu tidak bersalah karena sedang membela diri. Melalui postingan itu, Somad seolah ingin mengaitkan kasus KM 50 dengan kasus pembunuhan brigadir J dan Ferdy Sambo.
Padahal, Sambo bukan pihak yang memerintahkan penguntitan terhadap Riziq, apalagi memerintahkan penembakan. Sambo adalah Kadiv Propam yang bertugas menyelidiki apakah ada pelanggaran kode etik dalam kasus KM 50.
Saat itu Sambo menurunkan 30 anggota Tim Propam untuk penyelidikan. Di akhir penyelidikan, Propam menyatakan tidak ada unsur pelanggaran prosedur oleh polisi. Jadi, kasus kematian Brigadir J tidak ada kaitannya dengan dan kasus KM 50.
Mengaitkan keduanya adalah upaya sengaja untuk semakin menyudutkan Polri. Sebagai pemuka agama, Abdul Somad seharusnya tidak melakukan penyesatan tafsir semacam itu. Apa pendapat kamu?