Pernah dengar istilah Role Play nggak? Istilah ini lagi rame dibicarain gara-gara viral video yang nunjukin seorang anak yang dimarahin ayahnya karena bermain roleplay di Tiktok. Tapi apa iya Role Play ini berbahaya?
Role Play sendiri sebenarnya game di berbagai platform media sosial di mana pemain, atau biasa disebut role player, bertindak menyerupai karakter dan identitas orang lain. Biasanya identitas orang lain yang ditiru itu adalah tokoh yang populer di acara TV, film, buku, atau selebriti.
Si roleplayer bakal bertindak seolah dirinya ini tokoh idola pilihannya. Si role player bakal niru sikap, gaya bicara, gaya berpikir dan aktivitas sehari-hari sang idola dengan detail. Untuk bisa ikut main, dia harus bikin akun tiktok khusus untuk bermain game Role Play. Setelah nentuin identitas, si pemain harus bikin konten-konten video yang mencerminkan karakter yang dimainkan. Bentuknya bisa berupa dialog, tindakan, dan berpenampilan sesuai karakter itu.
Biar lebih menarik, si pemain bisa nambahin filter, stiker, music atau efek lainnya. Dalam game ini, si roleplayer bakal berinteraksi sama roleplayer lain. Mereka harus saling follow, yang dalam bahasa sehari-harinya disebut ‘mutualan’. Nah, mereka kemudian bakal menjalin hubungan imajiner melalui medsosnya. Kalau dianggap menyenangkan, hubungan antara roleplayer ini bisa berlangsung dalam waktu yang lama
Yang sekarang paling populer di Tiktok adalah role play jenis Korea, yang terbagi lagi jadi berbagai kelompok karakter, kayak penyanyi, actor, boyband dan girlband. Yang jadi masalah, si role player ini perlahan-lahan bisa aja kehilangan pijakan pada realita.
Karakter yang sebenarnya cuma pura-pura di dunia virtual malah jadi identitas yang melekat sama dia. Dalam kehidupan sehari-hari, si role player bertindak sesuai karakter yang ditirunya. Self branding inilah yang akhirnya jadi kebanggan tersendiri dan jadi daya tarik anak-anak bermain roleplay.
Masalahnya lagi, karakter dan cerita yang dimainkan bisa jadi adalah karakter dan cerita yang tidak sesuai dengan usia pemain. Nah dalam video yang lagi viral itu, si ayah nampaknya khawatir si anak bikin konten-konten berbau dewasa.
Para psikolog melihat game ini bisa mengganggu perkembangan kepribadian anak yang secara mental dan emosional masih dalam tahap pertumbuhan. Bahkan dikhawatirkan, game ini bisa membuat anak mengalami keadaan gangguan jiwa psikotik. Dalam kondisi ini, individu tidak bisa membedakan lagi mana yang realita dan mana yang khayalan.
Pengidap psikotik biasa mengalami halusinasi, delusi, mengalami ketidakstabilan emosi, dan lain sebagainya. Jadi wajarlah kalau banyak yang khawatir. Karena itu, penting bagi orang tua untuk mendampingi anak bermain media sosial.
Main game sih boleh, tapi harus ada Pengawasan ya!