Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI dan pengurus masjid ikut membantah rumor pengusiran jamaah oleh paspampres supaya Wapres Gibran Rakabuming Raka bisa salat di saf depan. Ketua Baznas RI, Noor Achmad, bilang saat itu dia tergabung dalam rombongan. Menurutnya, saat itu shaf masih longgar, bahkan shaf di barisan depan terlihat masih kosong.
“Tetapi wapres memilih di tengah, sehingga shaf depan ditempati Panglima Daerah Militer (Pangdam),” katanya. Dia juga bilang, nggak ada pemindahan jemaah sebagaimana yang diramaikan di media sosial. Yang dilakuin cuma penataan shaf sesuai dengan kaidah salat berjamaah. Noor juga tegasin, meskipun Gibran mendapatkan pengawalan ketat, nggak ada perlakuan khusus yang melanggar aturan salat berjamaah. Pengurus Masjid Raya Baiturrahman Jateng, Ahmad Darodji, juga menepis isu itu. Ahmad bilang, sebelum Gibran tiba di masjid, memang sudah menjadi protokol ada anggota Paspampres yang mengamankan lokasi. Anggota itulah yang duduk sementara di tempat Gibran akan salat.
Nah saat Gibran datang, anggota tadi bergeser dari tempat yang diamankan untuk Mas Wapres. Dia juga tambahin, Gibran saat itu nggak mau diperlakukan istimewa selayaknya orang penting nomor dua di Indonesia. Gibran sebenarnya dikasih tempat di saf depan, tapi dia menolaknya. Pihaknya juga telah menyiapkan sajadah yang biasanya dipakai untuk tamu kehormatan, tapi Gibran lagi-lagi menolak. Ahmad berharap, masyarakat agar memvalidasi informasi dulu sebelum menyudutkan seseorang. Alih-alih mereda, pembelaan ini justru memancing lebih banyak komentar tajam dari warganet.
Di media sosial, akun @ARSIPAJA menyindir upaya pembelaan tersebut dengan unggahan tangkapan layar berita terkait.
“Paspampres (centang), Ketua Baznas (centang), pengurus masjid (centang),” tulisnya.
Postingan ini mengundang ratusan komentar yang mayoritas mempertanyakan alasan semua pihak sampai harus turun tangan untuk menjelaskan.
“Segitunya banget ngebelain, semuanya sampe turun tangan,” tulis netizen.
“Heboh banget nyebokinnya,” sahut netizen lain.
Sekedar ngingetin, rumor ini bermula dari video yang diunggah akun TikTok @suhud262626 pada 14 Desember lalu. Di video, terlihat Paspampres merapatkan saf di sekitar Gibran. Dari narasinya, kesannya Paspampres maksa jemaah bergeser demi kasih ruang khusus bagi Mas Wapres.
Setelah video itu viral, komentar pun berdatangan. Dari yang bilang “di masjid gak ada pangkat” sampai “kalau mau depan, datang lebih awal”. Tapi, nggak semua netizen ikut ngegas. Ada yang ngerti kalo ini prosedur keamanan, jadi patut diwajari. Beberapa bahkan nyebut itu bagian dari SOP buat lindungi pejabat negara. Kasus ini nunjukin video pendek bisa bikin bias persepsi. Banyak yang langsung nge-judge tanpa tahu konteks utuhnya. Giliran ada klarifikasi, malah dianggap “nyebokin”.
Padahal, prosedur yang dilakukan Paspampres udah jadi standar kalau pejabat negara salat di tempat umum. Ini bisa jadi pelajaran supaya kita lebih hati-hati dalam mencerna informasi.
Kalau emang ada ketidakpuasan, kritik aja prosedurnya, bukan menyerang personal. Terlalu cepat menyimpulkan dari video pendek justru bisa menciptakan narasi yang salah. Diskusi jadi nggak sehat, duduk perkara jadi blur.
Yuk, kritis dalam menerima informasi!
Kategori : PENCERAHAN