Jakarta, PIS – Lain ladang lain ilalang, lain lubuk lain ikannya. Pribahasa ini kayaknya tepat gambarin gimana perbedaan sikap otoritas liga Inggris dan Liga Prancis soal buka puasa saat pertandingan berlangsung.
Di liga Inggris, para pemain muslim diberi kelonggaran untuk berbuka puasa. Wasit diizinin menghentikan pertandingan sebentar untuk memberi kesempatan pemain muslim buka puasa.
Ini misalnya terjadi saat laga Chelsea vs Liverpool pada Rabu, 5 April lalu. Di liga Prancis, nggak ada kelonggaran itu. Bahkan badan sepakbola Prancis (FFF) tegas melarang. Mereka sampai harus mengirim edaran yang dikirim ke seluruh perangkat pertandingan tentang larangan menghentikan pertandingan untuk berbuka puasa.
Menurut FFF, Sepak bola nggak melihat pilihan politik, agama, atau ideologis para pelakunya. Prinsip ini berlaku untuk semua orang, badan, klub, pemegang lisensi, dan wasit.
Keputusan FFF ini mendapatkan protes dari suporter Paris Saint German (PSG). Protes mereka dilakukan dengan cara membentangkan spanduk bernada sindiran. “Hanya sebutir kurma dan segelas air, tapi jadi mimpi buruk bagi FFF,” bunyi tulisan dalam spanduk itu.
Protes dilakukan saat pertandingan PSG melawan Olympique Lyon, Pada Senin, 3 April lalu. Kritik juga datang dari pemain Timnas Prancis, Lucas Digne yang ia sampaikan melalui media sosialnya.
Kebijakan ketat juga dilakukan beberapa klub liga Prancis, salah satunya di Nantes. Mereka melarang pemain mereka berpuasa saat ada jadwal pertandingan. Tidak mematuhi ketentuan itu, pemain dicoret dari skuad pada pertandingan hari itu.
Hal ini dialami oleh Jaouen Hadjam, salah satu pemain muslim di Nantes. Mudah-mudahan karena adanya protes, FFF mengubah aturannya. Hormati hak beribadah pemeluk agama!