Jakarta, PIS – Propaganda berpoligami sudah sering dan terbuka dilakukan di media sosial. Belum lama ini, seorang netizen di Facebook bernama Nunung Rohayati mengunggah ajakan berpoligami di grup ‘Taaruf Curhat Kehidupan dan Poligami’.
Nah, grup Facebook ini beranggotakan orang-orang yang setuju berpoligami. Nunung menulis, “Suamimu bukan jodohmu saja. Bisa jadi jodoh saya juga…” dengan tagar provokatif #poligamiyuk dan #berbagisuamisoleh. Sontak, unggahan itu mengundang reaksi pro dan kontra di media sosial.
Umumnya mempertanyakan ajakan terbuka berpoligami itu, Apalagi unggahan itu disertai foto keakraban dua wanita berhijab dengan latar belakang sebuah masjid. Foto tersebut seolah menggambarkan keakraban hubungan antara istri pertama dan istri kedua.
Nah, sekarang ini di Facebook banyak grup tentang ajakan poligami dengan anggota mencapai ribuan akun yang diatur secara ‘private’. Unggahan berisi ajakan poligami mengalami amplifikasi luas. Diunggah di Facebook, diulang lagi
di Twitter dan dikomentari makin beragam.
Misalnya, seorang istri yang berceloteh: “Gue susah-susah dapetin suami, enak aje mau dibagi bagi ama lu pada.” Sementara ada yang lain berkata, “Kenapa sunnah Rasulullah yang dipilih cuma poligami?”
“Itu sunah atau cuma menuruti hawa nafsu?”, tambahnya. “Padahal Nabi Muhammad setia kepada Khadijah sampai Khadijah wafat,” jelasnya. Komentar pedas pun terdengar, “Lebih baik saya tidak punya jodoh daripada harus diduakan. Maaf ukhti pemikiran kita tidak sejalan.”
Memang ada komentar normatif dan menyerahkan urusan tersebut pada masing-masing individu. Tapi sebagian besar menunjukkan ketidaksetujuan! Misalnya ada yang menulis, “Idih pelakor syariah lu maksudnya? Perebut mah perebut aja gausah bawa-bawa ta’aruf segala.”
Dalam undang-undang poligami diatur secara ketat. Suami harus minta izin kepada istri terdahulu untuk berpoligami. Alasan poligami pun harus kuat. Misalnya, istri tidak bisa melayani suami atau tidak bisa memberi keturunan.
Poligami seharusnya bukan untuk ajang hedonisme apalagi untuk petualangan menemukan perempuan baru. Kalo bisa nggk poligami kenapa harus memilih poligami sih?