Masih ingat kasus bullying yang dialami seorang bocah di Bekasi? Kabarnya, bocah malang itu meninggal dunia 7 Desember lalu. Innalillahi…
Bocah malang itu bernama Fatir Arya Adinata. Kondisinya terus memburuk setelah jadi korban bullying pada Februari lalu. Berbagai metode penyembuhan sampai anjuran amputasi sudah dilakukan. Walau sudah merelakan kaki kirinya diamputasi, kondisi Fatir nggak menunjukkan perkembangan yang baik. Sampai akhirnya Fatir meninggal dunia. Sebelum meninggal, Fatir mengaku capek dan pengen beristirahat.
Dia bilang dia akan menunggu ibunya, Diana Novita, di surga. Fatir juga sempat minta ayah dan ibunya yang sudah berpisah untuk kumpul lagi bersama adiknya.
Memang ada perbedaan pandangan soal penyebab kematian Fatir. Menurut diagnosa dokter spesialis ortopedi Rumah Sakit Kanker Dharmais, Melitta Setyarani, Fatir mengalami kanker tulang stadium 4. Kanker tulang yang menimpa Fatir ternyata sudah menyebar hingga paru-paru. Kanker tulang yang dialami Fatir, katanya, bukan disebabkan karena bullying. Pernyataan ini langsung dibantah oleh ibunya Fatir, Diana. Dia yakin penyebab kanker yang dialami anaknya adalah aksi selengkat yang dilakuin temannya.
Luka akibat selengkat dengan titik pusat kanker tulang berada tepat di tempat yang sama, yaitu dengkul atau tulang tempurung. Diana juga bilang nggak ada sama sekali faktor genetik seperti yang diungkapin pihak rumah sakit.
Buat yang belum tahu, Fatir adalah korban bullying teman sekolahnya. Puncaknya pada Februari lalu, saat jajan bersama lima temannya, Fatir diselengkat pelaku bullying sampai terjatuh. Fatir sempat bungkam karena diancam untuk nggak mengadu kepada orangtua dan guru. Tapi 3 hari setelah kejadian, ibunya akhirnya tahu apa yang dialami Fatir. Itu karena Fatir nggak bisa bangun dari tempat tidurnya akibat rasa sakit yang hebat di bagian kakinya.
Pas minta pertanggungjawaban sekolah, sekolah malah meremehkan dan bilang kalau itu hanya sebatas bercandaan. Nggak terima dengan tanggapan sekolah, ibunya Fatir laporin kasus ini ke Polres Metro Bekasi atas kasus dugaan bullying.
Apa yang dialami Fatir ini harus jadi pembelajaran yang penting bagi kita semua. Jangan pernah sekali-kali menyepelekan aksi bullying. Pihak sekolah, guru, dan orangtua murid harus bekerja sama menghentikan aksi bullying. Jangan menunggu sampai murid meninggal akibat bullying baru kita tersadar.
Mudah-mudahan kasus seperti ini nggak terulang lagi, di mana pun. Dan semoga almarhum Fatir bisa mendapatkan keadilan. Stop bullying!


