Didiskriminasi, Pelatih Bulu Tangkis Ini Pindah ke Tiongkok

Published:

Diskriminasi terhadap keturunan Tionghoa terus saja berlangsung. Mirisnya, ini juga dilakukan terhadap orang-orang yang telah memberikan prestasi buat Indonesia. Ini yang dialami oleh Fuad Nurhadi atau Tong Sin Fu. Karena diskriminasi itu, Fuad akhirnya memilih kembali menjadi warga negara China.

Tong Sin Fu lahir di Teluk Betung, Lampung, 13 Maret 1942. Tong Sin Fu memulai karirnya dari atlet bulutangkis junior. Tong Sin Fu pernah bermain pada ajang Ganefo (Games of The New Emerging Force) tahun 1963 dan 1966. Pas di kelas senior, ia bergabung dengan tim nasional Tiongkok dan berhasil meraih medali perunggu di Asian Games 1974. Ia juga juara nasional di Tiongkok dari tahun 1965 sampe 1975.

Setelah pensiun sebagai pemain, Tong Sin Fu memulai karier kepelatihannya di akhir 1979. Selama 6 tahun, ia melatih para atlet bulu tangkis wanita Tiongkok. Termasuk Li Lingwei dan Han Aiping, yang menjadi andalan Tiongkok di era 1980-an. Tahun 1986 dia ke Indonesia dan melatih para pebulutangkis Indonesia. Dia diminta melatih klub Pelita Jaya milik Aburizal Bakrie dengan kontrak $750 per bulan. Pada 1987, ia ditarik ke Pelatnas Cipayung dan sukses memoles pemain seperti Icuk Sugiarto, Alan Budikusuma, Ardy B. Wiranata, dan Hariyanto Arbi.

Puncaknya pada Olimpiade Barcelona 1992 ketika bulu tangkis pertama kali dipertandingkan. Tiga wakil tunggal putra Indonesia menyapu bersih medali. Alan Budikusuma meraih emas, Ardy B. Wiranata meraih perak, dan Hermawan Susanto mendapat perunggu. Tim Indonesia juga berhasil menang di Piala Uber 1994 dan 1996.

Selama melatih di Indonesia, Tong Sin Fu berusaha mendapat kewarganegaraan buat dia dan keluarganya. Sayangnya, proses pengajuan Tong Sin Fu dipersulit. Proses permohonan kewarganegaraan memakan waktu lebih dari 10 tahun. Tong Sin Fu juga ”diperas” buat bayar pengurusan kewarganegaraan lebih dari 50 juta rupiah. Saat itu dia dan keluarganya udah mengantongi Kartu Izin Menetap Sementara (KIMS) dan kemudian Kartu Izin Menetap (KIM). Tapi pas mau memperoleh Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI), ia diminta mengulang proses pengurusan KIMS dari awal.

Hal ini yang bikin dia frustasi dan kecewa terhadap sistem birokrasi di Indonesia. Ketidakpastian status kewarganegaraan bikin dia nggak punya jaminan kesehatan dan kesejahteraan buat keluarganya. Meski udah memenuhi syarat itu, dia tetep nggak dapet kewarganegaraan Indonesia. Akhirnya tahun 1998 Tong Sin Fu balik ke Tiongkok dan menjadi warga negara di sana. Karier kepelatihannya cemerlang: Tiongkok berhasil menang Piala Thomas 5 kali berturut-turut.

Sentimen anti-Tionghoa di Indonesia seringkali membuat mereka merasa seperti “tamu” di negeri sendiri. Padahal, kalo ngeliat kontribusinya di berbagai bidang, harusnya mereka diperlakukan sebagai mitra dalam membangun bangsa. Bukan sebagai “orang asing” yang harus terus membuktikan loyalitasnya. Semoga diskriminasi kayak gini nggak terjadi lagi ya. Kita butuh sistem yang lebih adil, inklusif, dan apresiatif terhadap setiap individu yang berkontribusi. Tanpa memandang latar belakang etnis atau asal-usulnya. Yuk ciptakan lingkungan yang inklusif dan adil untuk semua!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img