Game Roblox yang selama ini digemari jutaan orang Indonesia masih jadi sorotan nih! Salah satu penyebabnya adalah setelah pemerintah mengeluarkan himbauan agar anak-anak tidak memainkan game ini. Langkah ini sebelumnya diambil karena pemerintah menilai konten dalam Roblox berpotensi merusak perkembangan psikologis anak.
Awalnya, himbauan ini mulai diumumkan sejak awal Agustus 2025 lalu. Sifatnya pun berupa peringatan dan ditujukan untuk meningkatkan kewaspadaan orang tua serta masyarakat. Pemerintah menemukan banyak konten yang nggak layak untuk anak-anak. Ini mulai dari muatan seksual, kekerasan, hingga penghinaan terhadap agama. Selain itu, bahasa kasar dan perilaku toxic antar pemain juga sering muncul. Sehingga anak-anak berisiko terpapar perilaku buruk yang dapat memengaruhi karakter mereka.
Masalahnya, Roblox adalah platform yang memungkinkan interaksi langsung antar pemain. Sehingga anak-anak bisa saja berhadapan dengan bullying, pelecehan verbal, atau bahkan predator anak yang menyamar sebagai pemain biasa. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan karena sulit dikontrol sepenuhnya oleh sistem moderasi Roblox. FYI, Roblox sendiri sebenernya adalah platform game online yang memungkinkan pengguna untuk membuat dan memainkan game yang dibuat oleh pengguna lain. Konsep ini sebenernya keren, karena mendorong kreativitas dan pembelajaran coding untuk anak-anak.
Tapi sayangnya, karena sifatnya yang user-generated content alias konten dibuat oleh pengguna sendiri, kontrol dan moderasi konten jadi sangat sulit. Jutaan game dan konten yang dibuat pengguna nggak semuanya bisa diawasi dengan ketat oleh pihak Roblox. Akibatnya, konten-konten berbahaya bisa lolos dan diakses oleh anak-anak yang seharusnya dilindungi. Nah, menanggapi kekhawatiran pemerintah Indonesia, pihak Roblox berjanji untuk mematuhi regulasi lokal. Mereka berkomitmen meningkatkan sistem keamanan serta moderasi konten. Mereka juga menyatakan siap bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan platform mereka aman bagi anak-anak. Hal ini pun disambut baik oleh Menteri Komdigi, Meutya Hafid.
BTW, di tengah maraknya game online, anak-anak menjadi kelompok paling rentan terpapar konten berbahaya dan pengaruh negatif dunia maya. Pemerintah juga menilai perlindungan terhadap perkembangan psikologis anak jauh lebih penting daripada sekadar hiburan digital. Himbauan ini juga menjadi pengingat bagi para orang tua untuk lebih aktif mengawasi aktivitas digital anak-anak. Jangan sampai anak dibiarkan bermain game online tanpa pengawasan. Karena dampaknya bisa sangat serius. Paparan konten negatif berpotensi membuat anak terbiasa dengan kekerasan, bersikap agresif, hingga mengalami trauma akibat bullying atau pelecehan online.
Selain itu, interaksi dengan orang asing yang tidak terverifikasi di dunia maya juga membuka peluang kejahatan siber. Kayak penipuan atau grooming terhadap anak di bawah umur. Kasus Roblox ini menjadi pengingat penting tentang perlunya literasi digital bagi anak dan orang tua. Orang tua sebaiknya memahami game yang dimainkan anak, bukan sekadar memberikan gadget tanpa pengawasan. Diperlukan juga komunikasi aktif dan pendampingan. Serta aturan jelas terkait durasi bermain dan jenis game yang boleh diakses.
Pemerintah berharap himbauan ini dapat mendorong kesadaran kolektif tentang pentingnya keamanan anak di dunia digital. Mereka juga mengajak platform game lainnya untuk lebih bertanggung jawab dalam memoderasi konten dan melindungi pengguna muda. Nah, kasus Roblox ini menunjukkan bahwa teknologi dan game memang bisa menjadi sarana hiburan dan edukasi. Tetapi keamanan anak tetap nggak boleh dikompromikan. Nah, gimana nih penonton PIS? Apakah kalian setuju kalau Roblox itu memang berbahaya untuk anak-anak? Atau mungkin di antara kalian ada ”Robloxian” yang ingin berbagi pengalaman saat bermain game ini? Tulis pendapat kalian di kolom komentar, ya!


