Jakarta, PIS – Goenawan Mohamad menyoroti peristiwa pengeroyokan yang dialami Ade Armando. Menurutnya, peristiwa itu bukan gejala baru, tapi belum diberi nama supaya mudah diisolir dan dirumuskan. Sastrawan itu kemudian mengusulkan nama untuk gejala tersebut, yaitu keroyokan kebencian. Hal itu disampaikan Goenawan dalam acara ‘Solidaritas untuk Ade Armando’ pada 21 April lalu. Acara yang diinisiasi ‘Koalisi Kebebasan Berpendapat’ itu disiarkan di YouTube Cokro TV dan Gerakan PIS. Turut hadir, Tika Bisono, Andy Budiman, Eva Sundari, Henny Supolo Sitepu, dan lainnya. Menurut Goenawan, di Amerika Serikat keroyokan kebencian itu dinamakan lynching.
Kejahatan itu terutama menimpa orang-orang kulit hitam. Target lainnya adalah mereka yang tidak berdaya, dan minoritas yang tidak bisa melawan. Lynching itu umumnya melibatkan orang ramai dan kerumunan. Karena itu, bila ada peristiwa dengan pola serupa bisa disebut sebagai keroyokan kebencian. Menurutnya, kita harus membangun suatu reaksi yang cepat terhadap gejala tersebut. Setidaknya ada 2 hal yang bisa dilakukan untuk melawan gejala keroyokan kebencian. Pertama, dengan berkumpul, menyatakan kecaman dan permusuhan terhadap peristiwa keroyokan kebencian. Kedua, mengawal proses hukum terhadap para tersangka pelaku. Goenawan berharap para pelaku dihukum seberat-beratnya, karena nyaris menghilangkan nyawa Ade Armando.
Bang Ade menjadi korban pengeroyokan pada 11 April lalu di depan Gedung DPR RI. Bang Ade dipukuli, ditendang, bahkan berusaha ditelanjangi. Tindakan biadab itu dilakukan sambil memekik, “Allahu Akbar”, “Habisin penista agama”, “Halal darahnya”. Ayo lawan keroyokan kebencian oleh kelompok yang mengatasnamakan agama. Terus kawal kasus pengeroyokan Bang Ade Armando, sampai semua pelakunya dipenjara.