Tahu kartun Upin-Ipin? Itu kan tontonan yang menghibur sekaligus mendidik ya. Tapi, Gubernur Bali, I Wayan Koster, kok malah melarang generasi muda di Bali nonton Upin-Ipin ya? Jadi, baru-baru ini Koster hadir di acara penyerahan hadiah lomba Esai tentang Film Jayaprana Layonsari. Di kesempatan itu dia melarang para pelajar tidak lagi menonton Upin-Ipin.
Masalahnya, alasan yang dikemukakan politisi PDIP itu tidak jelas. Dia cuma bilang Upin-Ipin itu tidak jelas. Koster kemudian menyarankan lebih baik membangun produksi yang berangkat pada tradisi dan budaya Bali. Dibanding nonton Upin-Ipin, dia lalu mengajak para pelajar nonton Jayaprana Layonsari. Jayaprana adalah film yang diadaptasi dari cerita rakyat Bali. Menurut Koster, menonton film itu salah satu bentuk melestarikan warisan budaya dan tradisi masyarakat Bali. Budaya dan tradisi Bali harus dipertahankan di tengah gempuran teknologi dan budaya asing, katanya.
Koster berharap film Jayaprana bisa jadi salah satu media untuk memajukan kebudayaan dan tradisi Bali. Juga memperkenalkan budaya Bali ke mancanegara. Kepedulian Koster dengan industri budaya, terutama budaya Bali, tentu harus diapresiasi. Industri budaya diprediksi akan jadi industri terbesar seiring kemajuan media audio-visual. Nah, kita seharusnya bukan sekedar jadi konsumen di tengah kompetisi yang dimainkan negara-negara maju itu. Sebagai negara yang beragam budayanya, kita seharusnya jadi produsen. Selain untuk memperkenalkan warisan budaya kita kepada masyarakat global, itu juga bisa meningkatkan pendapatan negara.
Tapi, buat apa sih Koster melarang nonton Upin-Ipin. Upin-Ipin itu berhasil menarik hati banyak penonton. Bukan cuma di Indonesia, tapi dunia. Koster terkesan ingin mengabaikan begitu saja prestasi Upin-Ipin hanya karena Upin-Ipin diproduksi negara lain. Itu kan salah satu ciri pengidap xenophobia. Lagi pula, bagaimana kita bisa menghasilkan produk budaya yang bagus kalau kita tidak belajar dari produk budaya yang bagus yang sudah ada sebelumnya? Yuk, lestarikan budaya kita tanpa alergi dengan produk budaya negara lain!