Ada perempuan berhijab ikutan trend “Dame Un Grrr”. Apa itu nggak absurd? Itu kan lagu… Jadi, beredar di media sosial video perempuan berhijab yang bikin konten pakai sound “Dame Un Grr”. Itu misalnya terlihat dalam konten akun TikTok Nabila Razali. Konten yang diposting tanggal 25 Juni lalu itu sudah ditonton lebih dari 1,9 juta kali. Juga terlihat dalam konten akun TikTok ner.dariaa. Konten yang diposting tanggal 12 Juni lalu itu sudah ditonton lebih dari 98 ribu kali.
Pertanyaannya, kenapa sound itu nggak cocok jadi backsound konten yang dibikin perempuan berhijab? Sound “Dame Un Grr” berasal dari lagu berbahasa Spanyol yang dinyanyiin sama duet, Fantomel dan Kate Linn. Lagu itu viral banget di media sosial belakangan ini, khususnya TikTok. Lagu itu dipakai banyak kreator, khususnya dari kalangan gen Z, jadi backsound konten video ekspresi lucu, lip sync, sampe tarian. Official video lagu “Dame Un Grr” di YouTube udah ditonton lebih dari 6 juta kali setelah 8 hari dirilis. Di Spotify lagu ini udah didengar lebih dari 9 juta kali setelah dirilis pada 20 Juni lalu.
Emang kalo denger lagu itu, langsung auto joget. Musiknya Latin groovy. Suara ceweknya manja. “Dame Un Grrr” bukan lagu yang lagi parodiin kucing ya. Coba deh kita bedah liriknya. “Dame Un” itu artinya “Kasih aku dong”. Nah, “Grrrr” itu bukan suara kucing ya, sis. “Grrr” dalam konteks lagu itu artinya ada beberapa. Bisa Gairah, bisa greget, atau bisa juga nafsu. “Un qué?” itu artinya “Kasih kamu apa?” Jadi, kalo diterjemahin, lirik lagu itu kira-kira bunyinya begini. “Kasih aku gairah dong,” melas si penyanyi cewe. “Kasih kamu apa?” timpal penyanyi cowok. “Kasih aku gairah dong,” melas si penyanyi cewe lagi.
Perhatiin deh liriknya. Lagu itu ya tentang seorang cewe yang lagi ngerayu cowoknya. Ya semacam lagu tentang flirting pasangan sejoli yang dimulai sama ceweknya. Jadi bayangin, ada perempuan jilbab, senyum manis, terus joget sambil mulutnya bilang: “Kasih aku gairah dong!” Auto… speechless nggak sih? Banyak hijabers yang ikut-ikutan bikin konten pake backsound dari lagu itu. Mereka ikut arus karena beat-nya enak didenger, look-nya lucu imut gitu. Tapi, ya… liriknya nggak se-innocent itu.
Tapi jujur aja, ini bukan kejadian pertama kreator bikin konten pake lagu yang “cenderung sensual” sebagai backsoundnya. Inget pas lagu “Versace on the Floor” rame? Suaranya Bruno Mars bikin melting perempuan yang denger. Padahal kalo liriknya disimak agak serius, lagu itu tentang cowok yang pengen ngajak ceweknya “ena-ena”. Begitu lagu “Closer” yang dinyanyiin The Chainsmokers. Lagu itu tentang cowok yang ngajak pasangannya check-in. Dua lagu itu cuma contoh aja.
Nah, dua lagu itu sering dipake buat konten lucu-lucu. Terus, lagu-lagu itu cocok nggak sih dipake hijaber buat bikin konten? Itu tergantung apakah si hijaber tau konteks lagu-lagu itu atau nggak. Joget itu hukum dasarnya sih boleh. Bikin konten hukum dasarnya juga boleh. Joget dan bikin konten bukan perbuatan dosa. Dan perempuan yang pake hijab bukan berarti nggak boleh ekspresif.
Tapi kalo udah tau liriknya mengarah ke hal-hal sensual, tapi hijaber tetap bikin konten berjoget pake backsound itu, ya siap-siap aja bakal kontroversial. Pasti akan ada yang bilang oke aja, tapi ada juga yang bersikap sebaliknya. Dua sikap yang berseberangan itu bisa dipahami. Tapi sebagai pembuat konten, hijaber harus tau dulu konteks lagu yang mau dipake jadi backsound.
Kalo udah tahu dan tetap bikin konten dari lagu sensual, ya silahkan aja. Yang penting, riset dulu sebelum bikin konten. Jangan asal ikut trend dan pengen viral. Ayo, siapa yang udah bikin konten pake backsound “Dame Un Grrr” terus syok setelah tahu artinya?


