Hoaks Politisi Pro-Palestina Zohran Mamdani Jadi Wali Kota New York, Apa Faktanya?

Published:

Lagi rame nih di Tiktok video yang bilang Zohran Mamdani udah resmi jadi walikota New York. Tapi nyatanya, video itu hoax alias belum benar ya. Faktanya, belum ada kandidat yang resmi jadi pemenang karena pemilu wali kota NYC baru bakal digelar 4 November 2025 nanti.

Jadi, kemenangan Zohran yang disampaikan di video Tiktok itu misleading ya. Karena Zohran baru aja menang pemilihan pendahuluan alias primary election dari Partai Demokrat.

Nah, buat yang belum paham, sistem pemilu di AS ada dua tahap besar: primary dan general election. Primary buat nyari kandidat terbaik tiap partai, lalu general election buat tentuin pemenang sebenarnya. Di New York City, pemilih pakai sistem ranked-choice voting. Jadi mereka bisa kasih peringkat kandidat favorit. Kalau belum ada yang tembus 50%, suara kandidat dengan perolehan terendah dialihin ke pilihan kedua, dan seterusnya, sampai ada mayoritas. Zohran menang di primary Demokrat pada 24 Juni 2025 lalu.

Putaran awal dia dapat sekitar 43,82%, sedangkan Andrew Cuomo—mantan Gubernur New York—36,12%, dan Brad Lander 11,26%. Setelah suara dialihkan, Zohran tembus 56,39%, Cuomo 43,61%. Cuomo pun mengaku kalah. Media AS nyebut ini “kejutan besar” karena jarang ada sosok progresif Muslim bisa ngalahin tokoh senior.

Sekarang Zohran resmi jadi kandidat walikota dari Demokrat. Lawannya di November nanti ada Eric Adams, walikota petahana yang maju independen; Curtis Sliwa dari Republik; dan beberapa kandidat independen lain. Survei awal nunjukin Zohran cukup unggul, berkat kampanye soal biaya hidup, krisis perumahan, sampai transportasi umum gratis.

Zohran sendiri bukan orang baru di politik. Sejak 2021, dia duduk di Dewan Legislatif Negara Bagian New York mewakili Queens. Lahir di Uganda dari keluarga keturunan India, dia besar di Queens dan dikenal vokal soal keadilan sosial. Identitasnya sebagai Muslim Syiah jadi bagian penting dari kiprahnya.

Nah, salah satu isu paling bikin dia sorotan adalah sikapnya soal Palestina. Zohran dikenal vokal mendukung hak rakyat Palestina dan mengkritik kebijakan pemerintah Israel. Dia tegasin kalau kritik terhadap negara tidak boleh disamakan dengan kebencian terhadap agama atau etnis tertentu.

Setelah kemenangannya di primary, berbagai reaksi pun bermunculan. Kelompok advokasi perumahan kayak Housing Justice for All seneng banget karena Zohran dukung pembekuan harga sewa dan pembangunan perumahan murah. Tapi, di sisi lain, ada juga kelompok yang khawatir. Beberapa komunitas Yahudi merasa resah dengan slogannya yang dianggap terlalu condong ke Palestina. Kelompok Muslim dan aktivis anti-Islamofobia juga turun tangan, mengecam serangan online bernada kebencian yang meningkat setelah dia menang.

Bagi kami, Gerakan PIS, kemenangan Zohran ini simbol penting keberagaman. Seorang Muslim progresif bisa memimpin kota multikultural seperti New York tanpa harus meninggalkan identitasnya. Dari Zohran, kita bisa belajar kalau kritik terhadap negara atau kebijakan tertentu nggak boleh disamakan dengan kebencian terhadap agama atau kelompok etnis. Justru ini bukti politik bisa jadi ruang bagi suara minoritas tanpa takut distigma. Semoga NYC bisa menjadi kota yang lebih baik di tangan pemimpin yang terpilih nanti ya!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img