Jakarta, PIS – Bestie PIS, ini tolong jangan ditiru ya. Jadi, baru-baru ini ada pendeta di Mozambik, Afrika, yang dinyatakan meninggal. Dia meninggal berpuasa selama 25 hari berturut-turut. Nama pendeta itu Francisco Barajah, Bestie PIS.
Dia itu pendiri Gereja Evangelis Santa Trindade. Sebelumnya, pendeta itu terinspirasi dengan puasa yang dilakukan Yesus seperti tertulis di dalam Injil Matius. Dikatakan, Yesus berpuasa selama 40 hari di padang pasir.
Btw, ketentuan puasa Yesus itu berbeda ya dengan ketentuan puasa yang dilakukan kaum muslim selama 30 hari ketika bulan Ramadhan. Puasa yang dilakukan Yesus adalah sepanjang hari, siang dan malam.
Sementara durasi puasa yang dilakukan kaum muslim, terutama di Indonesia, kurang dari 14 jam. Nah, setelah puasa selama 25 hari, pendeta itu dibawa ke rumah sakit. Kondisinya sudah sangat kritis.
Pendeta itu dinyatakan meninggal karena mengalami anemia akut dan gangguan organ pencernaan. Dia juga mengalami penurunan berat badan yang drastis. Kabarnya, puasa sudah jadi tradisi pendeta itu dan para jemaat Gereja Santa Trindade.
Tapi, tidak pernah sampai selama itu. Asal Bestie PIS tahu, kasus kematian karena mengikuti tradisi berpuasa Yesus bukan kali ini aja loh. Pada 2015, seorang pria Zimbabwe meninggal setelah 30 hari berpuasa
Pada 2019, seorang anak perempuan berusia 11 tahun di Brazil meninggal setelah dipaksa berpuasa dan berdoa selama berjam-jam oleh orangtuanya. Memang puasa di hampir semua agama menjadi latihan untuk meningkatkan kepekaan sosial dan spiritual.
Tapi, yang mesti diingat, tubuh manusia punya keterbatasan dalam melakukannya. Ketika tubuh tidak mendapat makanan dan minuman dalam waktu yang cukup lama, organ-organ tubuh akan rusak satu per satu.
Akibatnya, kematian pun tidak terelakkan. Yuk, Bestie PIS, kita beragama dengan akal sehat!