Jakarta, PIS – Hasil Survei SMRC intoleransi terhadap kelompok Yahudi sangat tinggi di Indonesia. Hasil survei SMRC pada Mei 2022 menunjukkan 51% publik keberatan bertetangga dengan kelompok Yahudi. Yang keberatan kelompok Yahudi menjadi guru di sekolah negeri sebesar 57%. Sementara yang keberatan kelompok Yahudi menjadi pejabat pemerintah sebesar 61%.
Pertanyaannya, dari mana datangnya ketidaksukaan terhadap kelompok Yahudi yang sangat tinggi itu? Padahal agama Yahudi, Kristen, dan Islam berasal dari akar yang sama, yaitu agama Samawi atau agama Abrahamik.
Di Indonesia, kelompok Yahudi tidak diketahui jumlahnya secara statistik. Meski begitu, praktik keagamaan Yahudi diketahui ada, walaupun tidak mendapat pemberitaan yang cukup dari media.
Menurut Saiful Mujani, pendiri SMRC, intoleransi warga terhadap kelompok Yahudi di antaranya tidak lepas dari sikap negara terhadap kelompok Yahudi. Kelompok Yahudi jadi korban intoleransi karena negara mendiskriminasi orang Yahudi.
“Agama Yahudi tidak diakui secara resmi oleh negara,” kata Saiful. Agama Yahudi tidak ada di antara 6 agama yang diakui secara resmi oleh negara di Indonesia. Sebagai perbandingan, Saiful menunjukkan data intoleransi terhadap kelompok Kristen/Katolik.
Survei SMRC pada periode yang sama menunjukkan hanya 13% publik yang keberatan bertetangga dengan kelompok Kristen/Katolik. Yang keberatan kelompok Kristen/Katolik menjadi guru di sekolah negeri sebesar 19%.
Sementara yang keberatan kelompok Kristen/Katolik menjadi pejabat pemerintah sebesar 26%. “Angka-angka itu lumayan tinggi, tapi tetap jauh lebih rendah dari intoleransi terhadap kelompok Yahudi,” kata Saiful.
Perbandingan 2 data itu, semakin menegaskan dugaan mengapa intoleransi terhadap kelompok Yahudi yang tinggi di Indonesia. Kristen/Katolik diakui secara resmi oleh negara dan karena itu ada proteksi dari negara. Sebaliknya, agama Yahudi tidak diakui negara dan karena itu proteksi negara terhadap kelompok Yahudi tidak ada. HENTIKAN DISKRIMINASI TERHADAP KELOMPOK YAHUDI.
