Ironis! Muslim Laki-laki Taat Kok Justru Sering Menjadi Pelaku Kekerasan

Published:

Seorang muslim laki-laki yang taat, justru sering menjadi pelaku kekerasan dalam rumah tangga. Rajinnya dia shalat ke masjid, atau puasa yang tidak pernah ditinggalkan, ternyata tak berpengaruh terhadap perilakunya di dalam rumah tangga. Mereka seolah lepas dari kesadaran kesolehannya, dengan mudah mereka memukul atau menyakiti istrinya. Lebih miris lagi, katanya muslim taat pelaku kekerasan itu sering menjustifikasi tindakannya dengan tafsir atas ayat al-Quran dan hadist nabi. Kesimpulan itu disampaikan seorang dosen tafsir hadits Universitas Islam Negeri (UIN) Hidayatullah Jakarta, Dr. Nur Rofiah. Yang dia sampaikan dalam podcastnya bersama Andini Effendi di channel youtube Cauldron Content. Emang sih, katanya itu adalah fenomena yang terjadi di Mesir, tapi menurutnya tidak jauh beda dengan apa yang terjadi di Indonesia.

Menurut Rofiah Allah maha tahu, maha benar, maha adil. Dan apa yang ada dalam al-Quran pasti benar dan pasti adil, termasuk bagi perempuan. Tapi al-Quran ini ditafsirkan oleh manusia. Sehingga al-Qurannya pasti benar tapi tafsirnya belum tentu. Al-Quran sebenarnya mendorong keadilan, tapi tafsirnya belum tentu. Menurut Rofiah, kalau dilihat sejarah turunnya al-Quran, akan kelihatan betapa revolusionernya ajaran Islam tentang perempuan. Perempuan itu menjadi salah satu isu sentral di dalam al-Quran. Ini terlihat dengan begitu banyaknya ayat-ayat al-Quran yang membahas perempuan. Perempuan misalnya dibahas dalam surat Annisa dan surat al-Mujadalah. Bahkan ayat-ayat yang sepertinya tidak bicara tentang perempuan tapi menegaskan kesetaraan perempuan dan laki-laki. Misalnya ayat al-Quran yang bunyinya barangsiapa yang berbuat baik, laki-laki atau perempuan dan dia beriman maka akan dibalas dengan kehidupan yang indah.

Padahal waktu itu, di Arab bahkan di seluruh dunia, perempuan dijadikan seperti propertinya laki-laki. Tapi al-Quran justru menegaskan kesetaraan laki-laki dan perempuan. Ayat lain Allah berkata: wahai manusia kami ciptakan kalian terdiri dari laki-laki dan perempuan. “Secara sosial ayat itu menegaskan bahwa perempuan itu manusia,” ucap Rofiah. Dengan ayat-ayat itu seharusnya Islam memang memperlakukan perempuan lebih setara. Tapi kenyataannya, perempuan dalam Islam memang seperti dinomor duakan. Perempuan misalnya, hanya punya hak waris setengah dari laki-laki. Belum lagi, perempuan Islam harus rela kalau dipoligami. Bahkan, seorang suami kalau menilik ayat al-Quran surat Annisa ayat 34, perempuan diperbolehkan dipukul kalau dianggap membangkang.

Walaupun, kalau menurut ulama kontemporer ayat itu bukan perintah, melainkan izin dalam kondisi yang sangat ekstrim. Tapi oleh sebagian ulama yang lain, ayat ini menjadi justifikasi bahwa, seorang laki-laki punya hak memukul istrinya kalau dianggap tidak patuh kepadanya. Mungkin karena justifikasi inilah, seperti kata Rofiah banyak laki-laki muslim taat menjadi pelaku kekerasan dalam rumah tangga. Ini menegaskan, memang menafsirkan ulang ayat-ayat al-Quran dan hadist memang urgen dilakukan. Semua ayat al-Quran mesti kembali dilihat konteks budayanya dan alasan diturunkannya ayat itu. Karena di budaya yang sudah berubah, bisa jadi ayat itu sudah gak cocok. Karena itu perlu penafsiran kembali. Islam adalah agama yang menjunjung keadilan dan persamaan manusia. Kalau ayat dan hadits itu tidak sejalan dengan itu, kita harus berani menafsirkan ulang. Yukk beragama dengan akal sehat!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img