Istri harus minta izin suami setiap mau keluar rumah. Kalo istri melanggar, malaikat bakal murka! Hmm… Narasi ini diposting akun Instagram @mhd._assidik pada 15 Desember lalu. Dalam postingan itu, bukan cuma keluar rumah. Setiap istri mau puasa sunnah, bersedekah, membelanjakan harta suami, dan menerima tamu, dia harus wajib minta izin suaminya. Kalo nggak, ancamannya malaikat bakal murka. Postingan itu sudah ditonton lebih dari 350 ribu kali. Emang dapat izin suami segitu pentingnya ya sampai-sampai kalo istri melanggar malaikat ikut campur dan murka?
Memang ada hadis yang menyebut soal pentingnya izin suami. Tapi apa iya harus diartikan literal seperti izin di tempat bekerja antara karyawan dengan HRD? Aneh banget nggak sih rumah tangga yang se-formal dan se-kaku itu? Izin di sini lebih pas diartikan sebagai informasi informal untuk tetap menjaga komunikasi antar suami dan istri. Istri-istri Nabi Muhammad itu aktif di ruang publik. Sebagian berdakwah, mengajar, bahkan ikut ke medan perang sebagai tenaga medis. Bayangin, betapa riwehnya situasi rumah tangga nabi kalo izin di sini harus diartikan se-formal dan se-kaku itu?
Begitu juga dalam soal puasa sunnah, bersedekah, membelanjakan harta suami, dan menerima tamu. Kalo kita pakai tafsir yang sempit soal izin ini, seolah-olah istri dalam Islam itu bukan manusia dengan hak dan keinginannya sendiri. Tapi istri dianggap seperti properti suami dan karena itu suami punya hak mengendalikannya. Sayangnya, pandangan keislaman yang patriarkis begini juga didukung sama perempuan, termasuk seorang ustadzah. Ini misalnya terlihat dalam postingan akun Instagram @opickenty. Akun itu mengunggah cuplikan ceramah seorang ustadzah yang bilang perempuan punya ‘jalur cepat’ ke surga kalau mendapat ridho suaminya. Bahkan ustadzah ini mengklaim Imam Al-Ghazali iri sama perempuan karena perempuan punya jaminan surga, sementara laki-laki nggak.
Klaim ini nggak masuk akal banget. Kalau surga hanya ditentukan dari ridho suami, bagaimana dengan perempuan yang menghadapi suami yang zalim? Gimana dengan perempuan yang belum menikah atau yang bercerai? Apakah mereka otomatis kehilangan kesempatan masuk surga? Narasi ini bermasalah karena menempatkan perempuan dalam posisi pasif dan bergantung sepenuhnya pada suami. Padahal dalam Islam, perempuan juga punya hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri. Islam menjunjung keseimbangan, bukan dominasi. Misalnya, dalam Al-Baqarah ayat 187 dikatakan, suami dan istri itu seperti ‘pakaian’ satu sama lain. Artinya, suami dan istri harus saling melindungi dan melengkapi. Artinya, suami dan istri berposisi setara. Yang satu nggak superior dibanding yang lain.
Islam juga menekankan komunikasi dan kesepakatan bersama dalam rumah tangga, bukan harus tunduk total sama suami. Islam itu agama yang menghormati perempuan, bukan agama yang mengekang perempuan. Izin istri kepada suaminya perlu dilihat dalam konteks yang ramah perempuan. Izin dalam rumah tangga itu soal komunikasi, bukan penghambaan. Perempuan punya hak beribadah, hak atas hartanya sendiri, dan yang paling penting, hak untuk dihormati. Jadi, kalau ada narasi yang bilang perempuan dalam Islam itu harus tunduk total biar masuk surga, tinggalin aja. Islam nggak secupet pikiran mereka. Yuk, beragama dengan akal sehat!