Gereja Inggris baru aja mengumumkan kabar besar, Dame Sarah Mullally resmi ditunjuk jadi Uskup Agung Canterbury ke-106. Tapi, kabar ini langsung dapet sorotan dan kritik dari kalangan konservatif. Gimana enggak, Mullally jadi perempuan pertama yang memimpin Gereja Inggris sepanjang sejarahnya yang udah lebih dari 1.400 tahun! Buat sebagian kaum konservatif, posisi uskup atau pemimpin gereja seharusnya cuma buat laki-laki.
Kelompok GAFCON, jaringan gereja Anglikan konservatif di seluruh dunia bahkan mengkritik keras pengangkatannya. Mereka bilang keputusan Gereja Inggris ini menunjukkan kalau “otoritas kepemimpinan telah dilepaskan.” Mereka juga mengaku menerima kabar itu dengan rasa sedih dan kecewa, karena dianggap menentang tradisi teologis mereka tentang kepemimpinan di gereja. Nanggepin kritik itu, Mullally negesin kalau dirinya bakal jadi “gembala bagi semua umat,” tanpa memandang latar belakang, pandangan, atau tradisi apa pun.
Tapi, siapa sih Dame Sarah Mullally? Mullally lahir tahun 1962 dan awalnya berkarier di dunia kesehatan. Tahun 1999, dia jadi Kepala Perawat Inggris, posisi perawat tertinggi di negara itu. Tapi panggilan hatinya berubah. Di tahun 1998, dia mulai ikut pelatihan buat jadi pendeta Anglikan, dan resmi ditahbiskan tahun 2002. Tahun 2004, dia ninggalin karier medisnya dan fokus total di pelayanan gereja. Terus, tahun 2018, dia mencetak sejarah lagi sebagai Uskup perempuan pertama di London. Sejak itu, dia dikenal punya pandangan yang cukup progresif, termasuk dukungannya terhadap pemberkatan pasangan sesama jenis dalam pernikahan sipil.
Nah, sekarang Mullally naik jabatan jadi Uskup Agung Canterbury, posisi tertinggi di Gereja Inggris. Dan juga simbol pemimpin spiritual bagi Persekutuan Anglikan, komunitas global yang punya 85 juta anggota di 165 negara. Dalam struktur gereja, Uskup Agung itu “atasannya para uskup”. Jadi, semua uskup tunduk secara spiritual di bawah kepemimpinannya. Bahkan, buat komunitas Anglikan dunia, Uskup Agung Canterbury dianggap Primus Inter Pares, alias “yang pertama diantara yang sederajat.” Penunjukannya juga udah disetujui secara resmi sama Raja Charles III lewat rilis pemerintah Inggris. Mulally bakal resmi dilantik Januari 2026 lewat upacara di Katedral St. Paul, London.
FYI, sebelumnya memang jabatan uskup cuma boleh diisi laki-laki. Tapi, tahun 1994, Gereja Inggris mulai izinin perempuan jadi imam (priest). Lalu tahun 2014, lewat reformasi besar, perempuan juga resmi boleh jadi uskup (bishop). Uskup perempuan pertama adalah Libby Lane, yang ditahbiskan pada 2015. Reformasi inilah yang akhirnya membuka jalan buat Mulally bisa sampai di titik sekarang — jadi Uskup Agung Canterbury perempuan pertama.
Kami di PIS ikut senang banget dengar kabar ini. Ini bukan cuma kemenangan pribadi buat Mullally, tapi juga langkah maju buat kesetaraan dan kepercayaan bahwa kemampuan memimpin nggak ditentukan oleh gender. Seperti yang dia bilang sendiri, dia ingin jadi “gembala bagi semua umat” . Dan semoga benar-benar bisa memimpin dengan kebijaksanaan, kasih, dan kerendahan hati. Karena pada akhirnya, yang penting bukan siapa laki-laki atau perempuan. Tapi bagaimana seseorang memimpin: dengan hati, integritas, dan niat tulus buat melayani umat. Kalau kepemimpinannya membawa kebaikan, ya kenapa harus dipermasalahkan gendernya? Congrats, Dame Sarah Mullally!