Kasihan banget ya mahasiswa yang lagi menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Tingkat depresinya tinggi banget yang bisa berujung bunuh diri. Ini misalnya terjadi sama Aulia Risma Lestari, mahasiswa PPDS Anestesi di Universitas Diponegoro, Semarang. Senin lalu, dia ditemukan tewas di kamar kosnya. Tahu apa yang terjadi? Dia diduga kuat menyuntikkan obat penenang dosis tinggi ke badannya sendiri. Dia mengakhiri hidupnya. Di kamar kosannya, polisi menemukan buku diary Aulia. Diary itu berisi curhatannya tentang beratnya jadi mahasiswa kedokteran plus sikap senior yang keras.
Aulia sebenarnya sering curhat ke ibunya dan sempet mau putusin resign. Tapi karena Aulia mahasiswa beasiswa, dia dan orangtuanya nggak mampu bayar penalti yang mencapai Rp500 juta kalo Aulia resign. Pasca kasus ini viral, banyak mahasiswa PPDS lainnya ikut ngeluh soal beban kerja di RSUP Dr. Kariadi, tempat Aulia kerja.
Dalam sehari mereka harus bekerja 18-24 jam. Saking minimnya waktu istirahat, mereka sampe jarang banget pulang ke tempat tinggalnya masing-masing. Ini related sama skrining kesehatan jiwa yang dilakuin Kemenkes pada April lalu kepada mahasiswa PPDS. Hasilnya menunjukkan 22% mahasiswa PPDS ngalamin depresi dan 3% dari mereka pengen bunuh diri.
Ini jadi peringatan keras buat pihak terkait agar segera berbenah dan bertindak tegas. Jangan sampai kita kehilangan calon dokter yang bakal nyelametin Indonesia di masa depan. Semoga kasus serupa nggak terjadi lagi, di manapun.
Yuk, ciptakan lingkungan pendidikan dan kerja yang aware pada kesehatan mental!