Kelewatan! Kelompok Islam Intoleran Ingin Bubarkan Festival Cap Go Meh di Solo

Published:

Kelompok Aliansi Umat Islam di Solo (AUIS) bener-bener kelewatan. Aspirasi mereka untuk memisahkan kuliner non-halal dan kuliner halal sudah dipenuhi, belakangan mereka malah menentang pelaksanaan Festival Cap Go Meh pada 15 Februari lalu. Menurut mereka festival ini bisa mendatangkan musibah dan menolak doa umat Islam karena membiarkan ‘kemungkaran’.

Aksi demo mereka mendapat pengawalan yang ketat dari polisi. Polisi menghadang mereka supaya festival bisa tetap berjalan. Ketegasan polisi ini rupanya membuat ciut nyali mereka. “Anda-anda adalah saudara kita. Sesama anak bangsa. Ngapain kita harus berbentur-benturan?” kata pimpinan massa. Video aksi demo mereka yang dihalau polisi viral di media sosial. Salah satunya diposting influencer Permadi Arya di Instagram.

“Terima kasih @polrestasurakarta telah hadir jamin hak warga minoritas,” tulis Permadi di caption. “Terima kasih pak wapres @gibran_rakabuming yang telah beri penguatan kepada bapak2 polisi untuk lebih berani,” lanjutnya.

FYI, Solo Paragon Mall mengadakan Festival Kuliner Cap Go Meh pada 12 sampai 16 Februari. Festival ini menawarkan beragam jenis kuliner kepada pengunjung, yang halal maupun yang non-halal. Sejak awal festival ini sudah diganggu kelompok Islam intoleran itu. Mereka mencoba menyingkirkan keberagaman kuliner dalam Festival Kuliner Cap Go Meh. Mereka mengeluarkan surat edaran H-1 yang isinya akan memantau jalannya acara itu dengan dalih mengedukasi nilai-nilai agama dan moral di masyarakat.

Pada hari H, mereka menggeruduk lokasi acara dengan dalih mengecek lokasi acara sambil menyampaikan aspirasi. Sebelumnya, pada 6 Februari, mereka mengadakan pertemuan bersama pihak Mall, MUI Kota Surakarta, dan Forkopimda Surakarta di Polres Surakarta. Pertemuan itu diadakan untuk membahas beberapa kesepakatan terkait penyelenggaraan acara ini. Salah satu poin kesepakatan adalah penyekat di tenant kuliner non-halal ketika pelaksanaan.

Poin kesepakatan itu sudah dipenuhi penyelenggara acara. Walikota Solo, Teguh Prakosa, pun sudah mengonfirmasi itu. Menurutnya, lokasi tenant kuliner halal dengan non-halal dipisahkan dan nggak dalam satu lokasi. Bahkan, tenant kuliner non-halal menggunakan partisi dan tertutup. Sebaliknya, tenant kuliner halal dibuat terbuka. Setelah tuntutannya dipenuhi, AUIS masih saja melakukan demo dan menuntut festival dibubarkan.

Itu kan kelewatan. Sudah dikasih hati, eh selanjutnya minta jantung. Untungnya, polisi tegas dan memastikan festival berjalan sebagaimana mestinya. Langkah ini polisi ini jelas harus kita beri apresiasi. Itu artinya pemerintah dan negara hadir melindungi hak semua warga, termasuk minoritas. Solo dihuni warga yang majemuk dengan berbagai latar belakang budaya dan agama. Apalagi, ini Festival Kuliner Cap Go Meh, maka wajar saja kuliner non-halal juga ditampilkan.

Selanjutnya kita berharap polisi nggak cuma melakukan pengawalan ketat ketika mereka melakukan demo. Polisi harus bertindak lebih tegas lagi agar ada efek jera kepada kelompok intoleran ini maupun kelompok intoleran di mana saja. Dengan begitu, nggak ada lagi kelompok intoleran yang bisa seenak jidatnya petantang-petenteng di masa mendatang.

AUIS nggak menghargai keberagaman kuliner di Solo. AUIS ingin menyingkirkan keberagaman kuliner di Solo. Kita harus berani berdiri membela keberagaman dan melawan semua kelompok intoleran. Indonesia bukan milik satu kelompok, tapi milik semua yang hidup di dalamnya. Yuk, bela keberagaman budaya dan agama!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img