Di Amerika Serikat ada kota yang ramah bagi penyandang autisme. Namanya kota Mesa, di Arizona. Dan karena keramahannya pada pengunjung autisme, Mesa jadi kota bersertifikat autisme pertama di dunia.
Btw, autisme adalah kelainan fungsi otak dan saraf yang cukup kompleks sehingga mempengaruhi perilaku serta proses berpikir. Gagasan Mesa jadi kota ramah dengan autisme bermula dari CEO dan Presiden Biro Pariwisata Visit Mesa, Marc Garcia.
Jadi, Garcia punya pengalaman buruk ketika dia dan keluarganya berlibur pada tahun 2018. Dia kecewa dengan ekspresi aneh dan ketidaksabaran para staf hotel yang menghadapi putranya yang autis. Mirisnya, ini bukan cuma dialami Garcia.
Menurut Autism Travel, 87 persen keluarga dengan anggota keluarga autis memutuskan untuk nggak berlibur. Penyebabnya, perjalanan bisa sangat jadi menegangkan bagi anggota keluarga yang mengalami gangguan saraf. Seperti suara keras, perubahan pola makan, gangguan rutinitas yang membuat mereka tidak nyaman dan mengalami emosi yang meledak-ledak.
Untuk menghindarinya, perlu pemahaman masyarakat, terutama karyawan di biro pariwisata maupun perhotelan, untuk menangani mereka dengan baik. Karena itu, biro pariwisata maupun perhotelan perlu membekali karyawannya dengan pelatihan agar mereka lebih siap berinteraksi dengan wisatawan autis.
Ini jadi penting, mengingat jumlah anak dengan autisme meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2020, dilaporkan 1 dari 36 anak di Amerika Serikat didiagnosis autisme. Menurut WHO, rasio penyandang autis di dunia, yaitu 1 dari 100 anak.
Mesa sudah mendaftarkan 80 persen karyawan dari berbagai profesi untuk mengikuti sertifikasi Certified Autism Center secara resmi. Kota ini juga berhasil membuat tempat-tempat hiburan yang ramah autis, contohnya seperti Arizona Museum of Natural History. Dengan begitu pengunjung terbantu untuk bisa merencanakan rute yang tepat dan menemukan area yang tenang ketika sang anak sedang bermasalah.
Masih banyak tempat-tempat di Mesa yang ramah dengan pengunjung autis. Mudah-mudahan kota-kota di Indonesia bisa mencontoh Mesa.
Yuk, lebih peduli terhadap para penyandang autisme!