Manfaatkan Isu Palestina, HTI Unjuk Kekuatan

Published:

Isu Palestina benar-benar dimanfaatkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) untuk menarik dukungan masyarakat. Mereka menggelar aksi demonstrasi bertajuk ‘Bela Palestina’ pada 2 Februari kemarin. Yang mengejutkan, aksi itu digelar HTI di 22 kota se-Indonesia dengan melibatkan total massa sekitar 17 ribu lebih orang! Bayangin, se-masif itu.

Dalam aksi itu, massa HTI membentangkan spanduk ajakan mendirikan negara khilafah, selain atribut berisi dukungan bagi kemerdekaan Palestina dan kecaman terhadap Israel. Aksi demonstrasi itu ternyata aksi demonstrasi lanjutan HTI. Sebelumnya, mereka melakukan aksi demonstrasi di depan Kedubes AS, Jakarta, pada 26 Januari lalu dengan melibatkan 5 ribu orang. Ini membuktikan HTI masih eksis, terus bergerak, dan menggelar aksi demonstrasi dengan membonceng isu yang jadi perhatian masyarakat.

Menurut, Pengurus Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia PBNU, M. Najih Arromadloni, HTI sudah beberapa kali menggelar aksi demonstrasi setelah Presiden Prabowo dilantik. “Kemarin termasuk yang paling besar karena berkaitan dengan setidaknya 2 momentum,” katanya kepada Tempo. Dua momen yang dimaksud adalah tumbang Khilafah Turki Ottoman yang bertepatan dengan Isra Mi’raj dan serangan babi-buta Israel di Gaza.

Ketua Program Studi Kajian Terorisme UI, Mohamad Shaukilah, khawatir gerakan HTI akan membesar mengingat nggak ada respons serius. Apalagi, HTI dengan cerdiknya memboncengi sejumlah isu yang jadi perhatian masyarakat, mulai dari isu Palestina, Proyek Strategis Nasional, pagar laut, sampai elpiji 3 kilo. Mantan Pimpinan HTI Bangka Belitung, Ayik Heriansyah, bilang HTI sampai sekarang masih menyebarkan ideologi Khilafah Islamiyah mereka dengan menggunakan banyak nama, setelah HTI dibubarkan pemerintah pada 2017.

Sekjen GP Ansor, A. Rifqi Al Mubarok, mempertanyakan kepolisian yang kayak diam aja. Menurutnya, di Surabaya dan di kota-kota besar lainnya, HTI nampak bebas kembali mengkampanyekan ideologi Khilafah-nya. Menurut dia, HTI ini membajak semangat beragama masyarakat dalam soal isu bela Palestina demi kepentingan mereka sendiri.

HTI menginduk dengan Hizbut Tahrir, organisasi politik internasional yang digagas Taqiuddin al-Nabhani di Yerusalem tahun 1953. Hizbut Tahrir beroperasi di banyak negara dengan London sebagai pusatnya. Hizbut Tahrir pengen membangun kembali sistem kekhalifahan Islam di seluruh dunia. Ideologi ini jelas-jelas anti-demokrasi dan menempatkan non-Muslim sebagai warga kelas dua. Semua kelompok teror yang membawa nama Islam juga berideologi khilafah.

Di banyak negara mayoritas muslim, Hizbut Tahrir terlibat dalam penumbangan pemerintahan untuk mengambil alih kekuasaan. Hizbut Tahrir menetapkan tiga tahapan untuk meraih kekuasaan. Pertama, pembinaan dengan mengidentifikasi dan merekrut calon anggota. Kedua, berinteraksi dengan masyarakat dengan harapan mendapatkan dukungan. Ketiga, mengambil-alih kekuasaan untuk membangun jaringan pemerintah di bawah kekhalifahan baru.

Di Indonesia, Hizbut Tahrir berkembang dan tumbuh di Kampus IPB, Bogor, sejak tahun 1980-an. Memang, aksi demonstrasi yang digelar HTI dibenarkan dalam iklim demokratis di Indonesia. Masalahnya, ideologi HTI anti demokrasi dan ideologi itu jika membesar membahayakan. Bukan hanya keragaman Indonesia yang terancam, tapi stabilitas Indonesia bisa di ujung tanduk.

Kita semua harus waspada dan nggak boleh lengah. Pemerintah dan aparat harus tegas dan jangan memberi ruang bagi HTI! Yuk, waspadai kebangkitan HTI!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img