Jadi perempuan itu ternyata sedih juga ya. Mereka menjadi pihak yang paling banyak menerima sasaran kebencian. Data ini disampaikan SAFEnet Voice pada Selasa, 5 November lalu, di akun instagram mereka @safenetvoice. Data ini merupakan temuan mereka pada kurun waktu September 2023 sampai Februari 2024. Temuannya ada 30 konten yang mengandung ujaran kebencian.
Nggak cuma itu, ada juga 35 konten bermuatan abusive language (bahasa kasar) yang menyasar kelompok rentan selama Pemilu 2024. Kelompok rentan antara lain: Komunitas LGBTQ, perempuan, Tionghoa, umat Kristen dan Katolik, masyarakat adat, Syiah dan Ahmadiyah, serta kelompok disabilitas. Temuan itu paling banyak ada di 3 media sosial: TikTok, Facebook, dan Instagram. Mirisnya, di antara kelompok rentan itu perempuan jadi kelompok yang paling banyak menerima sasaran kebencian dan bahasa kasar!
Persentasenya mencapai 48,3%. Sementara LGBTQ 29% ; Syiah dan Ahmadiyah 13,8% ; Tionghoa 12,9%. Lalu untuk data media sosial, Facebook menempati peringkat pertama sebagai platform yang jadi wadah terbanyak bagi orang-orang untuk melakukan ujaran kebencian, yaitu 66%. Kemudian disusul TikTok 22% dan Instagram 12%. Salah satu penyebab perempuan jadi sasaran kebencian adalah karena stereotip dan norma budaya yang ada di masyarakat. Mengakar di masyarakat, perempuan yang berbicara lantang atau berpendapat di media sosial seringkali dianggap melanggar “kodrat” atau norma kesopanan.
Hal ini membuat perempuan yang berani mengekspresikan diri, terutama dalam isu-isu yang dianggap kontroversial, mudah menjadi target serangan. Ruang digital harus menjadi tempat yang aman dan inklusif bagi semua orang. Sudah saatnya kita mengubah stereotip dan budaya yang mendiskriminasi perempuan dan kelompok rentan lainnya.
Yuk ciptakan ruang digital yang aman dan bebas dari ujaran kebencian, buat siapapun!