MUI Restui Politik Identitas Pemecah Belah Bangsa?

Published:

Jakarta, PIS – Ceramah Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI, KH Muhyiddin Junaidi di masjid Al Azhar bisa memecah belah bangsa. Dalam ceramah yang terekam dalam video itu, Muhyiddin menegaskan pentingnya politik identitas. 

Katanya, bagi umat Islam, politik identitas adalah sebuah kewajiban. “Dengan politik identitas itulah rasulullah bersama para sahabat mampu menaklukkan sepertiga dunia dalam waktu yang sangat singkat”, kata Muhyiddin. Apa yang disampaikan Muhyiddin sangat berbahaya.

Politik identitas adalah cara berpolitik dengan menggunakan identitas, seperti ras atau `agama, sebagai alat mempersatukan pendukung. Jadi yang terpenting bukanlah misalnya kualitas memimpin, tapi ras dan agama.

Orang segama dianggap kawan, orang yang berbeda agama dianggap musuh. Karena itu, politik identitas bisa mengancam persatuan NKRI. Muhyiddin mengatakan politik identitas bisa digunakan dalam Pemilu 2024.

Jelas, ini menyesatkan dan bisa memecah persatuan. Apalagi dia membawa-bawa Rasulullah. Padahal, Rasulullah tidak pernah mengajarkan politik identitas. Rasulullah selalu menekankan umat islam untuk memilih pemimpin berdasarkan kualitas.

Dia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan toleransi. Jadi, apa yang disampaikan Muhyiddin jelas mengada-ada dan sangat tidak masuk akal. Politik identitas membuat pemimpin mementingkan kelompoknya sendiri, baik itu etnis, suku, budaya, agama.

Ini misalnya terlihat dalam Pilgub DKI 2017. Saat itu, ayat Al Quran saja dipolitisasi. Yang didiskriminasi bukan hanya yang berbeda agama, tapi juga yang berbeda aliran. Sampai-sampai masyarakat tersegregasi dan terbelah menjadi dua kubu yang berlawanan bahkan hingga saat ini.

Presiden Jokowi telah mengingatkan kita agar tak ada lagi politik identitas dan polarisasi dalam kontestasi politik. Karena hal ini bisa mengoyak stabilitas bangsa. AYO TOLAK POLITIK IDENTITAS!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img