Pak Prabowo dan Mas Gibran, tolong dengar cerita ibu ini. Dia ini udah keluarin modal hampir Rp1 miliar demi sukseskan program makan bergizi gratis pemerintah, eh ujung-ujungnya gak dibayar sepersen-pun. Ini kisah nyata Ira Mesra Destiawati, pengusaha yang ditunjuk jadi kepala dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kalibata, Jakarta Selatan. Dia dipercaya jadi penyedia makanan buat 19 sekolah, dengan total 3.500 porsi per hari. Buat jalanin tugasnya, Ira bangun dapur dari modal pribadinya. Dapurnya itu layak dan luas banget, 500 meter persegi lengkap sama alat masak profesional.
Tapi dari awal, dia gak pernah dapet penjelasan rinci soal skema kerja sama atau hak dan kewajiban sebagai mitra. Yang dia tahu, tugasnya cuma satu: pastiin makanan bergizi sampai ke anak-anak sekolah. Jadi dia fokus nyediain bahan pangan, masak, dan distribusi tiap hari. Masalah mulai muncul pas budget per porsi tiba-tiba berubah tanpa pemberitahuan. Awalnya Rp15.000, tapi mendadak turun jadi Rp13.000 khusus buat anak PAUD sampai kelas 3 SD. Ira gak dikasih tau soal penyesuaian porsi, jadi dia tetap kirim menu standar sesuai harga awal. Akibatnya, Ira ditegur keras, bahkan dihina secara fisik lewat pesan WhatsApp. Ira juga dibilang gak bisa bedain beras dan pasir, dan disuruh belajar buang air lebih baik.
Yang makin bikin syok, ternyata dana dari Badan Gizi Nasional (BGN) buat program ini udah cair. Tapi bukan ke Ira, melainkan ke rekening Yayasan Media Berkat Nusantara (MBN), penanggung jawab proyek. Pas Ira tagih, yayasan justru bilang Ira itu punya utang Rp 45 juta lebih. Padahal selama ini, biaya sewa tempat, bahan baku, transportasi, listrik, sampe gaji juru masak, semuanya ditanggung Ira. Bahkan, dia sampai jual aset dan cari investor demi jalanin program ini.
Kuasa hukum Ira, Danna Harly Putra bilang kliennya udah kerja maksimal, bahkan berkorban besar, tapi malah dizalimi. Danna juga sebut dana tahap pertama senilai Rp 386,5 juta udah diterima yayasan, tapi gak sepeser pun sampai ke Ira. Bahkan kabarnya dana tahap dua juga sudah cair, tetap tanpa transparansi. Kabarnya saat ini, Ira dan tim hukum lagi siapkan gugatan perdata dan laporan pidana. Ira gak cuma menuntut hak, tapi juga minta keadilan buat semua mitra dapur biar gak ada lagi yang jadi korban sistem semrawut.
Meski kecewa, Ira masih ingin terlibat di program makan bergizi gratis. Karena menurutnya, program ini bagus banget buat anak-anak, asal dijalankan dengan tulus dan bertanggung jawab. Miris ya, padahal program ini digadang-gadang jadi unggulan Presiden Prabowo dan Wapres Gibran. Tapi kalau di lapangan pelaksananya gak jujur, program sebagus apapun bisa hancur. Kita percaya, sistem yang Pak Prabowo mau pasti bagus. Tapi biasanya yang bikin kacau itu tikus-tikus di bawahnya, yang main belakang, nggak transparan, dan nyusahin orang yang niat bantu.
Kalau ini nggak dibenahi, bukan cuma mitra yang rugi, tapi juga programnya sendiri bisa kehilangan kepercayaan publik. Semoga Ira dapet keadilan dan semoga sistem ini segera dibenahi ya. Yuk, kalau dikasih amanah, jangan malah diakalin!