Pendiri Pesantren Waria Yogyakarta Meninggal Dunia

Published:

Jakarta, PIS – Kawan PIS, kita kehilangan lagi tokoh yang melindungi kaum minoritas. Namanya, Shinta Ratri. Shinta adalah pendiri sekaligus pemimpin pondok pesantren waria, Al Fattah, Yogyakarta.

Shinta meninggal di usia 60 tahun di RSUD Kota Yogyakarta, 1 Februari kemarin. Dia meninggal karena terkena penyakit jantung. Banyak pihak yang mengutarakan dukanya atas kepergian Shinta.

Akun Instagram Komnas Perempuan berharap setelah kepergiannya, kerja-kerja untuk melindungi kaum rentan dan minoritas dapat terus dilanjutkan. Komnas Perempuan bahkan menyebut Shinta sebagai pejuang hak-hak minoritas seksual.

“Semoga khusnul khotimah dan ditempatkan di sebaik-baiknya tempat kembali,” tulis akun Instagram Jaringan Gusdurian. Bestie PIS pasti belum banyak yang tahu tentang Shinta. Shinta adalah waria yang mendirikan pondok pesantren khusus untuk kalangan waria, Al Fattah.

Itu dilakukannya karena para waria sulit mendapatkan hak untuk beribadah dan belajar Islam di ruang publik. Rutinitas yang dilakukan di Al Fattah sama seperti pesantren lainnya. Misalnya jamaah shalat lima waktu, tausiah, tahlil, dan pembacaan asma’ul husna.

Melalui Al Fattah, Shinta ingin menghapus stigma dan diskriminasi terhadap waria, kelompok minoritas gender dan seksualitas. Tapi perjuangannya itu tidak mudah. Al Fatah kerap dipandang sebagai ancaman.

Al Fattah bahkan sempat digeruduk ormas Islam radikal pada 2016. Saat itu tersebar pesan berantai di kalangan wartawan Yogyakarta yang isinya ancaman penyegelan Al Fattah. 

Pesan tersebut disebarkan Front Jihad Islam (FJI) Yogyakarta. FJI menuduh Al Fattah membuat fiqih khusus waria. Padahal yang ada hanyalah kajian transgender dalam perspektif Islam.

Akibat penggerudukan itu, aktivitas Al Fattah berhenti selama empat bulan. Tapi berkat dukungan Komnas HAM, Komnas Perempuan, dan LBH akhirnya Al Fattah bisa dibuka kembali. SELAMAT JALAN, BUNDA SHINTA RATRI…

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img