Berbagai tindak kekerasan, bahkan kekerasan seksual belakangan sering banget kita dengar terjadi di pesantren. Kok dengan yakin, menteri agama Nasaruddin Umar bilang, pesantren adalah tempat paling aman bagi anak. Tentu saja pernyataan itupun mendapat banyak nyinyiran dari warganet. Pernyataan itu Menag Nasar sampaikan di acara Car Free Day (CFD) Hari Anak Nasional 2025 di Jakarta, Minggu lalu. Menurutnya, pendidikan di pesantren dan penerapan kurikulum itu bisa jadi solusi untuk membentuk karakter anak yang utuh. Maka dari itu, menurutnya pesantren adalah tempat yang tepat dan paling aman untuk anak.
“Sekarang ini, tempat yang paling aman untuk anak-anak adalah di Pondok Pesantren,” ucap Menag. “Secara statistik, di pondok pesantren anak jadi lebih teratur, terdisiplinkan pola hidupnya, lahir batinnya juga terpelihara, terkontrol,” lanjutnya. Dia lalu beralasan, kalau gak semua orang tua itu dewasa secara usia mampu memberikan pola asuh yang sehat. “Sebetulnya yang perlu diperbaiki bukan hanya anak, orang tuanya pun juga bertanggung jawab,” ucap Menag. “Ada orang tua yang dewasa secara umur, tapi masih childish dari segi kepribadian,” lanjutnya.
Nah pernyataan ini langsung viral dan ngundang kecaman netizen yang marah, kecewa, dan juga skeptis. “Menag ini gak pernah baca berita nampaknya !!”, tulis salah satu netizen. “Paling aman bagi pelaku kekerasan sexualit,” tulis yang lain. “Aku tu heran ya, para menteri ini hidup di Indonesia gak sih? Pernah membaca berita lokal?”, tambah yang lain. Tentu saja warganet bereaksi demikian, karena faktanya banyak kasus kekerasan terhadap anak terungkap di pesantren.
Data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat sepanjang 2024, ada 114 kasus kekerasan di lingkungan pesantren. Secara berurutan kasus terbanyak adalah kekerasan seksual (42%), perundungan (31%), kekerasan psikis (11%), kekerasan fisik (10%), kebijakan diskriminasi (6%). Sementara Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) juga mencatat ada 101 anak yang jadi korban kekerasan seksual di pesantren dalam periode Januari-Agustus 2024. Korban laki-laki 69%, sementara korban perempuan 31%.
Masalahnya bukan cuma di pelaku, tapi juga di sistem yang nggak berpihak ke korban. Banyak pesantren yang malah membungkam kasus, menutupi aib, dan melindungi pelaku. Bahkan ketika kasusnya udah viral sekalipun, masih ada yang ngebela dengan dalih “citra lembaga” atau “aib umat”. Kami di Gerakan PIS sudah sering banget bersuara soal ini. Bukan karena kami anti-pesantren, tapi agar ada perbaikan di pesantren.
Harapan terhadap pesantren memang besar. Ini terlihat dari banyaknya orang tua yang menitipkan anaknya di pesantren. Tapi sejauh ini kami belum melihat adanya perubahan yang significan pada pesantren. Buktinya, kasus-kasus kekerasan dan pelecehan seksual masih sering terjadi. Kasus yang baru terungkap terjadi di sebuah pesantren di Sumenep Jawa Timur. 13 santriwati menjadi korban pelecehan seksual seorang pemilik pesantren. Jadi apa yang disampaikan Pak Menteri kayaknya masih jauh panggang dari api. Yukk Pak Menteri, bicara sesuai fakta!


