Seniman asal Malaysia nyamain asisten rumah tangga (ART) asal Indonesia dengan monyet?
Tenang! Jangan ngegas dulu. Jadi, ada seniman warga negara Malaysia bernama Boey Chee Ming. Boey bikin buku novel grafis berjudul When I Was a Kid 3: Childhood Stories. Novel itu bercerita tentang kisah masa kecilnya ketika di Johor, Malaysia. Keluarganya mempekerjakan seorang ART asal Indonesia.
Nah, ART Indonesia itu satu dari sekian karakter yang diceritakan dalam novelnya itu. Di salah satu bab diceritain, waktu Boey masih kecil, ayahnya nunjukin betapa cepatnya ART asal Indonesia saat manjat pohon kelapa. Profil ART Indonesia itu adalah perempuan, kurus, tinggi, dan beberapa tahun lebih tua dari Boey. Ayah Boey mengibaratkan ART itu seperti monyet yang lagi manjat pohon buat metik buah kelapa. Tapi, Boey bilang sikap ayahnya itu bukan buat merendahkan ART Indonesia. Tapi justru untuk muji kecepatannya.
Boey sendiri pernah mencoba manjat pohon dengan kecepatan yang sama, tapi tidak setangkas ART itu. Boey dan ayahnya sangat memuji kemampuan ART asal Indonesia itu karena kuat. Masalahnya, novel Boey itu sekarang dilarang beredar sama pemerintah Malaysia. Larangan itu dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri Malaysia pada 15 September lalu berdasarkan UU Percetakan dan Publikasi.
Dalam UU itu dibilang, publikasi yang mungkin merugikan moralitas dilarang di keras di seluruh Malaysia. Boey ngaku kaget saat tau bukunya dilarang beredar. Padahal, menurutnya, karyanya itu meledak di pasar. Dia bahkan sering diundang jadi pembicara di sekolah-sekolah karena karyanya itu tanpa adanya protes.
Pada 30 September lalu, Boey minta maaf atas materi bukunya itu. Dia bilang apa yang terjadi terkait karyanya itu adalah ‘kesalahpahaman’. Bagi yang nggak baca karyanya dan melihat konteksnya, isi karya Boey itu mungkin bisa bikin kuping panas. Tapi masa kita bersikap dan bertindak atas dasar ketidaktahuan? Toh, Boey mengibaratkan ART Indonesia dengan monyet itu bukan untuk menghina, tapi justru memuji.
Udahlah, nggak usah gampang baper!
