Siapa Di Belakang Penyebaran Wahabisme Di Indonesia?

Published:

Jakarta, PIS – Perkembangan paham Wahabisme, terutama di Indonesia, tidak lepas dari campur tangan Arab Saudi. Saudi ingin memperluas pengaruhnya di berbagai negara Muslim sambil memperkenalkan Wahabisme. Sekaligus untuk mengimbangi pengaruh Islam Syiah pasca keberhasilan revolusi Iran yang dipimpin Ayatollah Khomeini. Wahabisme adalah paham yang KAKU dan SEMPIT dalam Islam. Mereka gampang menuding syirik, bid’ah, bahkan kafir terhadap praktik dan pemikiran keislaman yang tidak sejalan dengan pemahaman mereka. Di Indonesia, kelompok Wahabi sering kali berhadap-hadapan dengan kelompok Islam lainnya, terutama Nahdhatul Ulama. Menurut Guru Besar Sejarah Kebudayaan Islam di UIN Jakarta, Jajang Jahroni, ada 3 pihak yang berperan besar dalam penyebaran Wahabisme di Indonesia.

Pertama, lembaga donor asal Saudi. Melalui lembaga itu, Saudi membantu kelompok Wahabi Indonesia untuk membangun madrasah, pesantren, dan masjid. Melalui lembaga itu pula, kelompok Wahabi Indonesia dapat leluasa berdakwah dan menjaring pengikut dari kalangan Muslim. Menurut Jajang, Saudi adalah negara Muslim yang memiliki lembaga donor paling banyak di dunia. Tiga nama lembaga donor yang disebut adalah Rabithah Alam Islami, Internasional Islamic Relief Organization (IIRO), dan World Associatio of Muslim Youth (WAMY). Level kedua, sejumlah organisasi yang bertugas menjembatani pemerintah Saudi dengan masyarakat Muslim Indonesia. Mereka biasanya berbentuk yayasan dan berjaringan luas denga ormas Islam lokal yang menjadi penerima donasi. Yayasan ini dijalankan para profesional yang ditunjuk atas restu keluarga kerajaan dan kelompok ulama. Paling tidak ada sebelas organisasi yang menjalankan peran sebagai penyalur bantuan.

Sebagian berlokasi di Jawa (Jakarta, Yogyakarta, Surabaya) dan satu di Makassar. Pada level terakhir adalah para guru dan ustadz Wahabi. Mereka adalah rantai terakhir transmisi Wahabisme di Indonesia. Penampilan fisik mereka agak mencolok dibanding kaum Muslim Indonesia pada umumnya, seperti bergamis, berjanggut, dan bercelana cingkrang. Mereka terutama terhubung dengan donor-donor Saudi dan mendapat bayaran yang layak sehingga dapat berkonsetrasi penuh melaksanakan tugasnya. Pada periode 1990-an, masa puncaknya donasi Saudi, bayaran mereka bahkan lebih tinggi daripada pegawai negeri. Namun awal 2000-an, setelah adanya UU Anti Terorisme yang mengatur pengiriman uang dari luar negeri, bayaran mereka merosot tajam. Kita harus perlu waspada pada gerakan Wahabisme KITA TIDAK ANTI ARAB, KITA ANTI WAHABISME

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img