Waduuhh Tagar Indonesia Gelap ternyata hanya settingan? Kalau bener, ini gila sih! Tujuannya, adalah mengalihkan kasus hukum yang menjerat Wilmar Group, dalam kasus ekspor CPO atau minyak goreng mentah dan produk turunannya.
Ini terbongkar, saat Kejaksaan Agung membongkar kasus suap yang dilakukan Marcella Santoso kepada hakim Pengadilan Jakarta Pusat. Dalam kasus suapnya, Marcella merupakan perantara Advokat Ariyanto dan Kepala Legal Wilmar (MSY), dengan panitera Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara, Wahyu Gunawan. Nah, agar kasus hukum yang melibatkan Wilmar Group tidak mengemuka ke publik, Marcella berusaha mencari cara.
Akhirnya Marcella nutupin kasus ini dengan cara menyusup lewat konten, akun medsos, bahkan siaran TV. Kejagung nemuin bukti elektronik kalau Marcella menyusun kampanye hitam yang menyerang kejaksaan lewat media dan medsos. Termasuk nyewa buzzer dan nyiapin acara yang udah disetting dari awal.
Salah satu kampanye terbesarnya itu #Indonesia Gelap, yang sempat trending dan dianggap sebagai gerakan sipil. Demonstrasi Indonesia Gelap sempat menggugat program makan bergizi gratis dan Inpres No. 1 Tahun 2025. Tapi ternyata itu cuma kampanye hitam buat pengalihan isu. Kejagung bilang, ini strategi tim hukum Wilmar buat belokin fokus masyarakat dari penjarahan uang negara.
Buat nyebarin kampanye ini, Marcella dibantu dua nama lain. Ada M. Adhiya Muzakki, ketua kelompok buzzer “Cyber Army” yang nerima Rp864,5 juta. Yang kedua adalah Tian Bachtiar, mantan direktur JakTV yang dapet Rp487 juta buat produksi konten serangan.
Konten yang mereka buat gak cuma nyerang kebijakan, tapi juga masuk ke ranah pribadi pejabat kejagung. Kehidupan Jaksa Agung ST Burhanuddin, Jampidsus Febrie Adriansyah, dan Dirdik Kuntadi ikut diserang. Dalam konferensi pers, Kejagung muterin video pengakuan Marcella selama 4 menit 41 detik, Marcella meminta maaf atas keterlibatannya dalam narasi negatif.
“Saya ingin menyampaikan dari hati saya yang paling dalam terkait dengan perkara Pasal 21 kasus timah, kasus CPO dan kasus gula” ucapnya. Tapi anehnya, cuma sehari setelah itu, dia tarik ucapannya di depan wartawan. Kalau dia gak menghembuskan isu Indonesia Gelap.
Saat ini, Marcella dijerat tiga perkara besar: suap hakim, Perintangan penyidikan kasus gula & timah dan Dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Bersama Tian Bahtiar dan Junaedi Saibih, mereka menyusun opini publik palsu, bukan buat membela rakyat, tapi nutupin uang kotor.
Miris ya, pas kita tahu kalau viralnya tagar “Indonesia Gelap” tidak lahir dari keresahan rakyat, tapi dari strategi koruptor. Isu-isu seperti RUU TNI dan petisi digital cuma dipake buat alat pengalihan.
Ini bukan soal kritik, bukan soal kebebasan berekspresi. Ini soal manipulasi, dengan dana gelap, demi menyelamatkan uang kotor. Ini bikin kita sadar juga, kalau gerakannya murni, harusnya mereka dorong penguatan hukum. Bukan menyerang lewat konten editan, buzzer, dan media bayaran.
Jadi, sebagai netizen, kita harus semakin hati-hati ya buat percaya sama sebuah kampanye kepentingan rakyat. Gak semua yang viral itu murni perjuangan, bisa aja itu cuma drama mahal buat nutupin kejahatan besar. Yuk jadi rakyat yang gak mudah dikibulin!