Jakarta, PIS – Ketua PIS Ade Armando (Bang Ade) mengalami penganiayaan pada di depan Gedung DPR. Kejadiannya pada Senin 11 April 2022, pelakunya diduga adalah kelompok intoleran. Selama ini mereka sering terganggu dengan suara kritis Bang Ade. Mereka marah karena cara mereka beragama dan tokoh-tokoh mereka mendapatkan kritik. Mereka sering berkata kasar, menuduh dan mengancam di kolom komentar media sosial Bang Ade. Tapi semua itu tak menyurutkan langkah Bang Ade. Ia tetap bersuara lantang dan terus berjuang menyuarakan penghormatan pada keberagaman. Tapi tidak hanya soal toleransi, Bang Ade juga memperjuangkan nasib para petani kecil.
Seperti yang dialami petani kecil di kampung Sarongge, Cianjur. Kesaksian ini disampaikan oleh Heru Hendratmoko melalui akun twitternya @h3ru_h. Tahun 2018, petani Sarongge resah, karena ada promosi pembangunan Kota Sarongge, cuit Heru. Lahan yang ditawarkan developer PT Pebisnis Muda Group itu adalah lahan yang mereka garap. Lahan seluas 60 hektar itu adalah warisan saudagar kaya zaman kolonial Halimah Rais. Petani Sarongge marah, karena tidak diajak bicara tentang rencana pembangunan Kota Langit tersebut. Mereka melawan melalui spanduk-spanduk yang dipasang di desa. Sumber keresahan itu ternyata datang dari salah satu cucu menantu Halimah Rais.
Ia ingin menguasai kembali tanah yang ia klaim sebagai tanah warisan tersebut. Kabar ini sampai ke telinga Bang Ade, yang ternyata adalah cucu langsung Halimah Rais. Pada tanggal 9 November 2018 bang Ade pun datang ke Sarongge. Kedatangan Bang Ade itu disambut dengan antusias oleh para petani. Bang Ade menyatakan, ia bahagia melihat para petani menggarap lahan demi menghidupi keluarga. Warisan kebahagiaan itu jauh lebih berharga ketimbang merampas hak para petani dan keluarganya. Di hadapan mereka, Bang Ade bilang siap membantu proses hukum tentang status lahan itu. Warga Sarongge bangga dengan sikap Bang Ade, begitu juga kami semua. Teruslah melawan kesewenangan, Bang, terus suarakan kebenaran!
