Jakarta, PIS – Halo guys! di PIS Voice kali ini aku (Cindy) mau cerita nih tentang perjalanan hidup dan karier seorang penyanyi kristen Indonesia yang kisahnya menginspirasi banget. Namanya Melitha Patricia Sidabutar. Mungkin temen-temen juga sudah pernah kenal dia ya. Tapi kalau belum, browsing deh di internet.
Dengan gampang, kita akan bisa mendengarkan dan menghayati lagu-lagu yang menurut aku sih, indah banget. Salah satu yang paling populer adalah ‘Penolong Yang Setia’. Yang dilantunkan itu memang lagu Kristen, tapi menurut temen-temenku nih, keindahannya bisa juga dirasakan oleh semua orang, terlepas dari agamanya apa. Kalau kalian percaya Tuhan, mencintai Tuhan, aku sih yakin kalian akan juga menghayati pesan-pesan yang disampaikannya.
Melitha ini cantik, indah banget cara menyanyikan lagunya, dan juga dikenal sebagai pembicara yang dapat menginspirasi pendengarnya. Melitha datang dari keluarga yang sangat mencintai agama. Dalam kehidupan sehari-hari, Melitha bersama kakak-kakaknya dan kedua orang tua, selalu mendekatkan diri pada ajaran-ajaran Tuhan.
Tapi pada saat dia baru saja lulus SMA, sebuah goncangan melanda keluarganya. Ayahnya tertipu miliaran rupiah, sehingga menghancurkan sendi-sendi ekonomi keluarga. Dia bersama kakak kembarnya, Melisha Sidabutar, terpaksa tidak kuliah. Melitha mengisi hari-hari hidupnya dengan berdiam diri di rumah.
Pada awal 2020, sempat ada secercah harapan ketika Melitha dan Melisha sama-sama ikuti ajang Indonesian Idol di RCTI. Melitha mengaku bahwa ia sebenarnya gugup dan tidak percaya diri. Ia selalu mengandalkan kehadiran Melisha sebagai pasangan duet mereka bernyanyi. Tapi kali ini mereka hanya bernanyi sendiri-sendiri.
Melisha berhasil dapat golden ticket, sementara Melitha gagal lolos audisi. Melitha merasa mengalami titik terendah dalam hidupnya. Dia sempat merasa terpuruk karena kegagalan itu. Melitha menyembunyikan diri, tak bergaul dengan orang lain, bahkan untuk pelayanan sekalipun dia gak bisa. Tapi kesedihannya masih terus berlanjut.
Melisha yang sangat dia sayangi, wafat di usia yang masih sangat muda, yaitu 19 tahun pada 8 Desember 2020. Melitha mengaku hidupnya seperti nggak ada tujuan, hilang arah.
Namun dalam kondisi seburuk itu, dia menerima uluran tangan dari kakak-kakak rohaninya di gereja. Mereka bersama-sama mengajak Melitha untuk mulai terlibat nih dalam pembuatan lagu-lagu Rohani gereja.
Di tengah keputusasaannya, Melitha memilih mencoba bangkit. Dan ketika itulah, tangan Tuhan bekerja. Walau nggak langsung melesat nih, Melitha mulai menemukan sebuah jalan yang membahagiakan di sana. Dia merasa harus melawan apa yang dirasakannya dengan percaya diri. Dia menyanyi di gereja, dia menyanyi di studio rekaman.
Dan secara perlahan lagu-lagunya menembus pasar lagu Rohani Kristen.
Karier Melitha di bidang musik rohani sebenernya dimulai ketika dia menjadi worship leader alias pemimpin pujian di Gereja Tiberias sejak SMP. Tapi, di Podcast bersama Merry Riana dia sebenarnya ngaku nggak pengen jadi penyanyi.
Dia justru bercita-cita ingin bekerja di bidang kesehatan. Namun seiring berjalannya waktu, melalui pelayanan dia merasa dirinya menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Melitha mulai bergabung dengan Label Impact Music yang menaungi para penyanyi rohani pada 2021. Melitha juga merilis album dan beberapa lagu rohani yang populer di publik. Melitha merilis album Penolong Yang Setia Live at JCC pada 6 Juli 2021. Namanya semakin melambung naik ketika singlenya yang berjudul ”Penolong yang Setia” mulai terkenal. Bahkan di kanal Youtube Impact Musik, agensi yang menaunginya, lagu ini sudah dilihat 15 juta kali.
Keren ya guys! Pencapaian Melitha di bidang music semakin naik ketika dirinya menang di Anugerah Music Indonesia (AMI) Awards. Melitha menyabet penghargaan di kategori Karya Produksi Lagu Berlirik Spiritual Nasrani Terbaik dengan single ”Mengucap Syukur”.
Melitha dikenal sebagai sosok yang lemah lembut, ramah, dan rendah hati. Dia juga tampil sebagai motivator di berbagai acara di depan jemaat gereja. Dia berusaha membuka mata kaum muda bahwa hidup memang nggak selalu mudah, tapi kita harus selalu ingat pada kesetiaan Tuhan yang selalu mencintai umat manusia.
Nggak sedikit pengakuan dari warganet yang mengalami perubahan hidup yang lebih baik lewat lagu dan ucapan-ucapan Melitha. Dan yang mencintai Melitha bukan Cuma umat Kristen ternyata. Banyak banget netizen non-Kristen yang mengupload postingan mereka menyanyikan lagu Melitha.
Sebut saja akun Tiktok @naturnawati. Di salah satu videonya yang diunggah pada 12 April lalu dia menampilkan reff lagu itu.
Akun ini nulis: ”Ya Allah, maafkan hamba…Semenjak lagu ini viral aku jadi hafal dan terngiang-terngiang tiap hari sampe bolak balik istighfar dan syahadat lagi.” Di situ juga disertakan emot tangan dilipat sambil menangis.
Ada juga akun @chagiya959 pada 12 April lalu yang ngaku dirinya muslim tapi hafal lagu rohani ini.
Menurut aku sih ya, sosok Melitha ini langka loh. Dalam beberapa rekaman penampilannya, dia sebenarnya terlihat nggak sehat. Dia kadang muncul dengan duduk di kursi roda. Namun dia benar-benar mengabdikan dirinya untuk melayani Tuhan.
Nggak semua anak muda seusianya dengan hati setulus itu pasti mau menyenangkan Tuhan.
Melitha menggugurkan stereotip bahwa kebanyakan anak muda kota hanya ingin bersenang-senang. Bahkan akhir-akhir ini, kita mendengar sebagian anak muda memutuskan untuk nggak percaya agama alias agnostic.
Melitha sebaliknya, memilih menapaki jalan Tuhan. Di setiap podcast yang didatanginya, Melitha selalu menceritakan kebaikan Tuhan yang menolongnya dari keterpurukan.
Menurut kami di PIS, Meltha adalah sosok yang luar biasa. Dia adalah contoh terbaik anak muda yang membawa kedamaian dan kebahagiaan di Indonesia. Tapi di akhir video ini, aku harus menyampaikan bahwa pada 8 April 2024 lalu, Melitha wafat di usia yang masih belia, 23 tahun. Sebagaimana kakaknya Melisha, ia harus pergi karena penyakit jantung yang dialaminya.
Tentu kita semua kehilangan dia. Tapi kami percaya, Melitha kini bahagia berada di surga bersama Melisha. Melitha, terimakasih ya telah menebar kebaikan bagi sesama. Terimakasih juga karena lewat karya-karyamu, kami semua bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Mungkin ragamu telah tiada, namun karyamu akan selalu diingat dan dinikmati.
Beristirahatlah dengan tenang, Melitha.