Tolong Bangunkan Sejuta Gereja untuk Saudaraku, Tuhan… Tolong bangunkan Sejuta gereja untuk Saudaraku, Tuhan, agar Mereka Bisa Beribadah Senyaman Aku. Kata-kata indah namun pedih ini terbaca dalam sebuah posting di instagram Jakatarub. Jakatarub adalah singkatan dari Jaringan Kerja Antar Umat beragama. Mereka menyebut diri mereka sebagai Komunitas Penggerak Promosi Toleransi dan Perdamaian. Pada bulan Maret ini, organisasi berbasis di Bandung yang sudah berdiri sejak akhir tahun 2000 ini, mengundang siapapun untuk mengirimkan tulisan yang mempromosikan persaudaraan. Itu mereka kemas dalam Program 30 Hari Bercerita. Salah satu karya yang tampil adalah karya Fahdirey, dengan judul: Kenapa Orang-orang Takut dengan Rumah Ibadah.
Dia bicara tentang bagaimana sebagai seorang muslim memandang soal ketakutan orang-orang terhadap Gereja. Cuplikan kalimat indah tadi itu berasal dari karya Fahdirey ini. Kami kutipkan saja tulisan lengkapnya di bawah ini. “Aku berdoa kepada Tuhanku, ‘Tolong Bangunkan Sejuta gereja untuk Saudaraku, Tuhan, Agar Mereka Bisa Beribadah Senyaman Aku”. “Setelah memiliki banyak teman yang belajar agama berbeda denganku, aku menjadi sadar, tidak semua orang di Indonesia dapat beribadah senyaman dan setenang aku.” “Bahkan dalam satu waktu ketika pulang Jumatan, aku lihat media sosial dihebohkan dengan berita segerombolan orang menolak Gedung Serba Guna yang dialihfungsikan menjadi ruang untuk ibadah, padahal gedung itu milik pihak gereja”. “Aku berpikir, apakah kebebasan beragama yang selalu diucapkan bangsa ini ternyata bukan milik semua agama?” “Apakah hanya agama aku saja yang bebas?” “Sementara agama yang lain tidak?”
“Kenapa orang-orang takut dengan Gereja? Padahal orang-orang di dalamnya adalah orang paling baik hati yang aku kenal.” “Orang yang selalu membangunkan aku sholat subuh ketika belajar di Jogja dulu adalah David, seorang Protestan dari NTT.” “Orang yang membantuku ketika belajar untuk masuk Kuliah adalah Nadin seorang Katolik dari Bogor.” “Aku selalu dikelilingi oleh orang-orang Kristen yang sangat baik hati.” “Aku yakin, tempat mereka beribadah bukanlah tempat yang menakutkan, lalu apa alasan kita menolaknya?” “Beberapa waktu aku berkunjung ke gereja, aku sadar.” “Gereja bukan hanya tempat ibadah teman-teman Kristen.” “Gereja adalah tempat berkumpul, berbincang, tempat mereka belajar, tempat bersedih, tempat mereka menikah, dan juga, tempat menemukan cinta.” “Gereja juga menurutku adalah di mana tempat cinta dan kasih sayang ditaburkan.”
“Berapa banyak kegiatan gereja seperti Buka Bersama di bulan puasa yang aku ikuti.” “Apa yang mereka berikan dan sebarkan kepadaku?” “Ketakutan?” “Kristenisasi?” “Bukan, mereka menyebarkan cinta!” “Hingga, kalau boleh meminta kepada Tuhanku, aku ingin berdoa.” “Ya Tuhan, jika bukti kasih sayangmu adalah dengan membuat aku bisa beribadah dengan nyaman menyembahmu, maka buatlah saudara Kristenku dapat beribadah dengan nyaman menyembah Tuhannya” “Buatkan mereka 1 juta gereja, agar mereka dapat beribadah dengan nyaman, seperti nyamannya aku menyembahmu” Itulah tulisan Fahdirey.
Bagi kami di PIS, apa yang dilakukan Jakatarub ini luar biasa. Indonesia memang sangat membutuhkan upaya bersama untuk membangun toleransi dan perdamaian. Kelompok-kelompok yang menyebarkan kebencian tentu ada. Namun itu semua bisa diatasi kalau di saat yang sama, kelompok-kelompok seperti Jakatarub tidak berhenti memperjuangkan kedamaian. Terimakasih Jakatarub, terimakasih Fahdirey. Indonesia ada Untuk Semua!