Tragedi 13-15 Mei 98: Spontan Atau Diprovokasi?

Published:

Jakarta, PIS – Tragedi 13-15 Mei 1998 sampai saat ini masih diselimuti misteri Pertanyaan besarnya: apakah kekerasan terhadap kaum Tionghoa tersebut adalah aksi spontan karena kecemburuan sosial dan rasisme Atau karena diprovokasi oleh kekuatan tertentu Kerusuhan diawali oleh krisis finansial yang menggoncang ekonomi Asia Nilai tukar dolar naik terus dari semula di angka 2000 rupiah hingga mencapai 16 ribu rupiah Harga kebutuhan pokok melambung tinggi Persediaan menipis, antrian pembeli mengular, perusahaan bangkrut Rakyat marah, unjuk rasa berlangsung di mana-mana. Presiden Soeharto yang berkuasa selama 31 tahun dengan pemerintah yang sarat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dituntut mundur

Dalam aksi protes pada 12 Mei 1998, empat demonstran mahasiswa dari Universitas Trisakti ditembak mati. Akibatnya, krisis tak terkendali. Pada 13-15 Mei, terjadi kerusuhan rasial anti Tionghoa. Ini terjadi Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Palembang, Medan, dan sejumlah kota besar lainya. Pengganti Soeharto, BJ Habibie membentuk Tim Gabungan Pencari fakta (TGPF) pada Juli 1998. Ketua TGPF adalah Marzuki Darusman dari Komnas HAM. Para anggotanya adalah 17 tokoh yang mewakili organisasi kemasyarakatan, LSM, pemerintah dan Mabes ABRI, dan Komnas HAM. Selama tiga bulan TGPF melakukan pengumpulan data di lapangan, melakukan verifikasi, melakukan wawancara dengan saksi, korban, dan para ahli. Melalui pengumpulan fakta itu, TGPF menunjukkan indikasi bahwa kerusuhan rasial itu tidak terjadi secara sepenuhnya spontan.

Ada kelompok-kelompok yang sengaja memprovokasi, di berbagai daerah berbeda. Dan ada aksi massa oleh masyarakat miskin kota yang terprovokasi. Para provokator tersebut umumnya adalah kaum pendatang dan secara fisik terlatih. Mereka memancing massa meneriakkan yel-yel kebencian, mulai membakar, merusak fasilitas publik. Mereka pula yang mulai menjarah dan membakar gedung atau barang-barang lain. Para provokator ini juga menyiapkan peralatan untuk merusak dan membakar, seperti pendongkel, bahan bakar cair, kendaraan, bom Molotov dan lain-lain. Namun ketika skala kerusuhan meningkat, mereka tiba-tiba menghilang. Temuan TGPF ini tidak pernah ditindaklanjuti secara hukum. Yang jelas diketahui, ada pihak yang merencang provokasi dan kekerasan rasial Pertanyaannya: SIAPA? TRAGEDI MEI 1998 JANGAN BERULANG

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img