Jakarta, PIS – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) kembali mendapat tuduhan tak berdasar. Kali ini yang melakukannya anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Depok, Nuim Hidayat. Nuim menuduh Gus Yaqut telah membuat kesepakatan dengan para Uskup di Ambonia, 23 April lalu. Kesepakatannya, mengubah penyebutan hari Wafat dan Kenaikan Isa Almasih menjadi Wafat dan Kenaikan Tuhan Yesus. Menurut Nuim, penggantian tersebut mendorong umat Islam untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan. Lebih lanjut Nuim meminta Gus Yaqut untuk bertobat. “Beristighfarlah Yaqut, atau anda ini wakil siapa?” ucapnya. Tuduhan itu sempat menjadi tranding di media sosial dengan tagar #YaqutCholilCoumasBikinUlahLagi. Namun tuduhan itu dibantah oleh Plt Dirjen Bimas Katolik Kemenag AM. Adiyarto Sumardjono.
Menurut Adiyarto, tuduhan itu tidak benar. “Saya hadir dalam pertemuan Menag dan para Uskup,” ucap Adiyarto “Saya pastikan tidak ada kesepakatan terkait penggantian nama hari libur umat Nasrani tersebut,” jelasnya. Menurutnya, dalam pertemuan itu memang ada sejumlah aspirasi yang disampaikan ke Menag. Gus Yaqut sebagai Menteri semua agama tentu mendengarkan aspirasi itu. Termasuk usulan perubahan penyebutan hari Kenaikan Isa Almasih. Tapi Gus Yaqut baru sebatas mendengar usulan dan tidak membuat kesepakatan apa-apa.
Pesan Gus Yaqut, umat Katolik terus menjaga ketenangan dan kedamaian bangsa. Lagipula tuduhan Nuim itu memang berlebihan dan terkesan intoleran. Bagi umat Kristen, Yesus adalah Tuhan. Maka wajar bagi umat Kristen menyebutnya demikian. Kalaupun kemudian penyebutan Isa Al masih diganti Tuhan Yesus, itu tidak menyalahi aturan. Toh yang merayakannya adalah umat Kristen, bukan umat Islam.Ayo bersikap adil sejak dari pikiran. Mari jaga kerukunan, jangan nenuduh sembarangan!