Jakarta, PIS – Bulan Ramadhan, merupakan bulan yang istimewa bagi umat Islam. Sebulan penuh umat Islam menjalankan ibadah puasa. Umat Islam juga terlihat lebih aktif menjalankan ibadah-ibadah lainnya. Bagi umat lain, bulan Ramadhan juga dimanfaatkan untuk menunjukkan sikap toleransinya. Banyak dari mereka mengundang buka puasa bersama atau sekadar membagi makanan untuk berbuka puasa. Misalnya buka puasa bersama yang dilakukan oleh jemaat Katolik Gereja Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta. Jemaat umat Kristen di Situbondo, Salatiga dan Pematangsiantar membagikan takjil untuk buka puasa. Di Tegalrejo, Desa Keradenan, Kecamatan Purwoharjo umat Hindu juga membagikan takjil untuk umat Islam.
Tak ketinggalan, umat Budha di Purwakarta dan Nusa Tenggara Barat juga melakukan hal yang sama. Dua tahun lalu, seorang penganut Budha di desa Ambaipua Sulawesi Selatan bahkan membangun masjid. Di kabupaten Natuna, Kepulauan Riau dan Grobogan Jawa Tengah penganut Konghucu juga membagikan takjil buat umat Islam. Tapi sayangnya, sikap toleransi umat agama lain sering kali tidak dihargai oleh sebagian umat Islam. Mereka bersikap intoleran, bahkan menghalangi umat lain mendirikan rumah ibadah. Kasus penolakan terbaru misalnya terjadi di kota Cilegon, Banten. Jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) gagal membangun gereja, setelah dihalangi oleh Ormas Masyarakat Banten Bersatu.
Selain kasus di atas, ada ratusan kasus serupa yang terjadi di banyak daerah di Indonesia. Di Indonesia, kalangan intoleran itu sebenarnya sedikit. Masalahnya pemerintah terkesan mengakomodir, bukannya bertindak tegas terhadap mereka. Nabi Muhammad sendiri adalah sosok yang sangat toleran terhadap agama lain. Contohnya saat Rosulullah hijrah ke Madinah. Di Madinah Rosulullah membuat perjanjian dengan orang-orang Yahudi. Salah satu isi perjanjiannya adalah orang Yahudi berhak melaksanakan agama mereka dengan damai. Ayo tunjukkan toleransi, biarkan setiap umat beragama membangun rumah ibadah dan menjalankan agamanya.