Apakah DJ perempuan yang sedang menghibur di klub malam lalu disawer para pengunjungnya, adalah sesuatu yang memalukan? Apakah karena itu, DJ perempuan itu harus minta maaf? Pertanyaan ini lagi mengemuka karena kontroversi terkait Nathalie Holscher. Jadi, mantan istri pelawak Sule itu diundang menghibur sebagai DJ di salah satu klub malam di Sidrap, Sulawesi Selatan, tanggal 14 April lalu.
Video Nathalie saat tampil dan disawer para pengunjung, viral di media sosial. Dalam video itu, terlihat juga adegan Nathalie berbaring di atas tumpukan uang saweran dengan pecahan Rp50 ribu hingga Rp100 ribu. Video itu juga diposting Nathalie di akun Instagramnya. “Manyala Sidrap! Alhamdulillah,” tulisnya di caption. Video itu belakangan dihapus Nathalie karena bikin heboh.
Bupati Sidrap, Syaharuddin Alrif, bilang apa yang dilakuin Nathalie dalam video itu udah mencoreng nama baik Sidrap. “Saya malu ditegur sama teman-teman di Jakarta dan provinsi,” katanya pada 16 April. Menurutnya, apa yang dilakuin Nathalie nggak sesuai dengan adat dan etika orang Sidrap. Sidrap, katanya, selama ini dikenal sebagai daerah yang punya banyak pondok pesantren dan mencetak ulama-ulama besar. Dia minta Nathalie minta maaf ke warga Sidrap.
Berbagai elemen warga Sidrap menggelar aksi protes terkait kontroversi Nathalie di depan Gedung DPRD Sidrap pada 16 April. Mereka merasa tindakan Nathalie itu bisa mencoreng citra daerah yang menjunjung tinggi kesopanan dan moralitas. Mereka juga protes keberadaan klub malam di Sidrap yang dianggap tempat pelanggaran norma sosial. Mereka mendesak pemerintah daerah meninjau ulang izin operasional klub itu. Mereka juga menolak Nathalie datang ke Sidrap lagi.
Nathalie belakangan bikin klarifikasi. Dia merasa sedih, bingung, dan kecewa atas perlakuan yang diterimanya. Nathalie bilang dia cuma diundang tampil sebagai DJ di klub itu dan nggak merasa ngelakuin kesalahan. “Kalau saya disuruh promosiin Sidrap, saya siap,” katanya melalui postingan di story Instagramnya pada 18 April. “Tapi masalahnya ini berbeda dong. Jobdesk saya pada hari itu di Sidrap hanya untuk menghibur di salah satu club yang mengundang saya,” lanjutnya. “Masalah saya disawer, itu salah satu bentuk apresiasi dari beberapa pengunjung tersebut, lalu salah saya dimana?” “Saya hanya profesional kerja. Kalau memang ada demo yang tidak mau ada club-club malam di Sidrap, kenapa harus membawa nama saya?” “Kenapa harus sekarang? Kemarin-kemarin kemana?”
Kembali ke pertanyaan di awal. Apakah aksi Nathalie sebagai DJ yang sedang menghibur para pengunjung di klub malam lalu dia disawer adalah sesuatu yang memalukan? Jelas nggak. Menjadi DJ, laki-laki atau perempuan, yang menghibur para pengunjung klub malam bukan tindakan yang memalukan. DJ bukan profesi yang melanggar etika dan hukum. Soal saweran yang didapat Nathalie, itu kan bentuk apresiasi dari pengunjung yang merasa terhibur oleh Nathalie selaku penampil.
FYI, saweran awalnya diberikan kepada biduan dangdut dalam pertunjukkan organ tunggal. Tapi belakangan saweran juga diberikan kepada DJ. Kalo dilacak, Nathalie bukan DJ perempuan pertama dari Jakarta yang pernah disawer di klub malam di Sidrap. DJ Una, misalnya, pernah manggung di Sidrap pada Maret 2022 dan disawer. DJ Yasmin juga mengaku pernah manggung di Sidrap dan dapat saweran sampai 43 juta.
Nama harum Sidrap yang dikenal sebagai kabupaten yang punya banyak pondok pesantren dan mencetak ulama-ulama besar tentu harus dihormati. Adat dan kepantasan yang dijunjung tinggi di Sidrap tentu juga harus dihormati. Tapi bukan berarti kegiatan hiburan di klub malam dianggap sebagai sesuatu yang terlarang. Apalagi sampai harus menutup klub malam. Dalam hukum nasional kita, klub malam dan kegiatan didalamnya selama bukan tindakan kriminal adalah sesuatu yang sah dan legal. Semoga kontroversi seperti ini nggak terulang lagi selanjutnya. Yuk, proporsional dalam bersikap!