Jakarta, PIS – Program Desa Damai dari Wahid Foundation patut dipuji. Di desa-desa terpilih, Wahid mendorong masyarakat untuk mandiri secara ekonomi dan berperan aktif melawan paham intoleran dan radikal.
Yang menjadi sasaran pemberdayaan utama adalah kaum perempuan. Melalui program ini, diharapkan kemandirian ekonomi dan perdamaian bisa tercipta mulai dari tingkat bawah.n Mulai dari tingkat kelurahan dan seterusnya.
Program Desa Damai dimulai pada 2013 dan sudah meluas di 30 desa di Indonesia. Salah satunya adalah Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur. Sejak bergabung pada 2017 lalu, masyarakat di sana perlahan-lahan bisa mengenal dan mengembangkan potensi lokal.
Salah satu program yang dikembangkan adalah program rumah ayom. Program ini mengadvokasi anak dan ibu dari potensi kekerasan misalnya penelantaran, perundungan dan kekerasan seksual.
Ada juga desa Guluk-Guluk, Sumenep yang sukses mengembangkan Program Desa Damai. Desa ini sudah menghasilkan beberapa produk dari pemberdayaan ekonomi perempuan seperti produk Emping Jagung dll.
Menurut Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid, ada sembilan indikator yang meliputi komitmen untuk mewujudkan perdamaian melalui program ini. Salah satunya, adanya pendidikan dan penguatan nilai perdamaian dan kesetaraan gender yang mengedepankan nilai lokalitas.
Jadi, tidak heran jika program Desa Damai mendapat apresiasi dari United Nations of Women (UN Women).
UN Women adalah salah satu dewan yang berada di bawah PBB untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Semoga semakin banyak desa-desa di Indonesia yang bergabung dalam program Desa Damai ini.
Sehingga masyarakat, khususnya perempuan semakin berdaya di segala bidang. Sekaligus untuk mendeteksi dan mencegah adanya konflik sosial yang ada di masyarakat sejak dini. Ayo kita dukung program Desa Damai!