Jakarta, PIS – Peristiwa pengeroyokan terhadap Ade Armando mengingatkan Burhanuddin Muhtadi pada Farag Faoda. Faraq Faoda adalah dosen di Universitas Ain Syams, Mesir dan aktivis toleransi. Ia ditembak mati oleh 2 aktivis Jamaah al-Islamiyah. Penembakan itu mencoreng muka Mesir, karena dilakukan dengan sangat terang benderang. Burhan mengatakan itu dalam acara ‘Doa dan Solidaritas untuk Ade Armando’. Acara yang berlangsung 13 April itu dihadiri para tokoh agama dan aktivis keberagaman.
Selain Burhan, turut hadir J. Kristiadi, Saiful Mujani, Hendardi, Musdah Mulia, Neng Dara Affiah, dan lainnya. Menurutnya, pengeroyokan Ade Armando didorong kebencian berbasis agama dan takfirisme. Ada kalimat takbir yang dipekikkan, ada kata-kata ‘halal darahnya’ yang diteriakan. Ironisnya, kalimat suci dipakai untuk melampiaskan kebencian di bulan yang suci. Menurut Burhan, ada kemiripan antara kisah Farag Faoda dengan Ade Armando. Keduanya bukan berlatar belakang studi Islam, tapi peduli terhadap toleransi. Farag Faoda dan Ade Armando banyak sekali menulis kritik terhadap tafsir Islam yang sangat sempit.
Keduanya mengkritik secara terbuka penegakkan syariat Islam dan menolak khilafah Islamiyah. Burhan bersyukur Ade Armando selamat dari pengeroyokan tersebut. Maka, selamatlah Indonesia, selamatlah toleransi, dan selamatlah demokrasi. Namun Burhan tidak yakin pengeroyokan itu tidak terulang pada aktivis toleransi lainnya. Bang Ade Armando telah menjadi korban pengeroyokan pada 11 April di depan Gedung DPR RI. Doa dan solidaritas kita untuk bang Ade Armando. Ayo terus berjuang, jangan lelah menyuarakan kebenaran.