Ini Kenapa Islam Bukan Agama Sempurna

Published:

Islam bukan agama sempurna? Kalimat ini disampaikan ulama terkemuka asal Indramayu KH Buya Syakur Yasin. Dia meninggal tahun lalu, tapi pandangan-pandangannya kini kembali mengemuka melalui video ceramahnya di internet. Menurut Buya, ada sejumlah bukti yang menunjukkan kalau Islam bukan agama sempurna. Baik terkait ajaran maupun hukum-hukumnya.

Bukti pertama yang diajukan Buya Syakur adalah masih diperbolehkannya perbudakan dalam Islam. Menurutnya, ketentuan itu jelas ada dalam al-Quran. Ketika pemerintah Arab Saudi melarang perbudakan, masyarakat di sana melakukan demonstrasi. Mereka bilang Allah saja tidak melarang, kenapa kamu melarang! Jadi Islam pada dasarnya masih membolehkan perbudakan, di saat hukum Internasional melarang perbudakan. Islam juga tidak melarang menikahkan anak perempuan yang baru berusia 5 tahun. “Kamu rela kalau anak kamu dikawinkan di usia 5 tahun?” tanya Buya. “Kalau menganggap Islam sudah sempurna, kamu harus rela, karena Islam tidak melarang itu,” sindirnya.

Contoh lainnya, dalam Islam hak cerai juga sepenuhnya dipunyai laki-laki. Bahkan seorang laki-laki bisa menceraikan istrinya cukup hanya dengan mengucapkan dengan mulutnya. “Kapan saja suami mengucapkan talak, maka itu sudah sah mereka cerai,” ucapnya. Dalam islam juga ada perintah untuk memerangi orang yang belum masuk Islam. Ini merujuk pada sebuah hadits di mana Nabi Muhammad mengatakan: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai dia mengucapkan Lailahaillallah. “Masih relevan kita melaksanakan ajaran ini di abad modern?” ucap Buya Syakur.

Bukti lain ketidak sempurnaan Islam bahkan ada di ibadahnya. Dalam Islam, shalat adalah ibadah yang penting, bahkan disebut sebagai tiang agama. Tapi cara umat islam melakukan shalat berbeda-beda. Kalau Islam sudah sempurna, mestinya gak ada perbedaan itu. Nabi mengatakan shalatlah seperti kamu melihat aku shalat. Tapi shalatnya seperti apa, kita semua tidak tahu. Gerakan shalat yang dilakukan oleh umat Islam saat ini adalah hasil ijtihad para ulama terdahulu. “Artinya itu disempurnakan oleh para imam,” ucapnya. Nabi Muhammad juga saat meninggal tidak mewariskan al-Quran yang sudah dibukukan. Al-Quran saat itu masih tersebar, di banyak tempat dalam lembaran-lembaran yang ditulis dalam pelepah kurma. Huruf-huruf yang digunakan masih 15 huruf dengan qiraat yang masih sangat terbatas.

Dengan rangkaian contoh itu, Buya berusaha mengajak umat Islam berpikir bahwa agama yang diturunkan pada Nabi Muhammad itu belum sempurna. Buya menganggap umat Islam tidak menyadari ketidaksempurnaan agama itu, sehingga terlalu puas diri. Akibatnya saat ini Islam menjadi umat yang terbelakang. “Bagaimana bisa menganggap diri sebagai umat sempurna, sementara bikin silet aja gak bisa,” sindir Buya Syakur. Narasi Islam sebagai agama sempurna memang sangat sering dinarasikan oleh para pemuka Islam. Konsekuensinya, mereka tidak mau mengubah ajaran-ajaran atau hukum-hukum yang sudah tidak relevan saat ini. Mereka selalu beranggapan, hukum yang dibuat 14 abad yang lalu, masih bisa diterapkan sampai kapanpun.

Umat Islam nampaknya harus mengubah mindset itu. Tentu saja ini tidak berarti umat Islam harus meninggalkan Al-Quran sebagai sumber hukum dan ajaran Islam. Yang diperlukan hanya kesediaan menafsir ulang hukum-hukum atau ajaran yang tidak masuk akal atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku saat ini. Bukankah salah melakukan ijtihad saja kita tetap dapat satu pahala?

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img