Kalau yang dibilang tentara Israel ini benar, kebiadaban pemerintah Israel di Gaza jelas kelewatan. Jadi, beberapa tentara Israel buka suara soal operasi militer di Gaza ke media Haaretz baru-baru ini. Nah, para tentara Israel itu mengaku diperintah komandan militer buat nembakin warga Gaza yang berkerumun di titik distribusi bantuan. Tujuannya buat membubarkan dan membersihkan area itu dari para warga. Para tentara bahkan diperintah menggunakan ‘kekuatan mematikan yang nggak perlu’ ke warga nggak bersenjata dan nggak bikin ancaman. Termasuk kalau warga datang terlalu cepat atau masih ada di lokasi setelah jam distribusi selesai.
Salah satu surat kabar paling kredibel dan kritis terhadap pemerintah Israel itu nggak menyebut nama sumbernya. Menurut Haaretz, penyelidikan kemungkinan kejahatan perang atas tuduhan ini sudah diperintahkan. Pemerintah Israel membantah tuduhan Haaretz itu. Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, dan Menteri Pertahanan, Israel Katz, menuduh laporan Haaretz itu sebagai ‘kebohongan jahat yang dirancang untuk mencemarkan nama baik militer’. Penembakan di sekitar posko bantuan bukan kabar burung. Penembakan udah berlangsung sejak 27 Mei sampai sekarang.
Dalam sebulan, lebih dari 549 warga Gaza tewas dan 4 ribu luka-luka. Hari setiap hari ada laporan pembunuhan dan penembakan di rute menuju pusat distribusi bantuan. Para petugas medis bilang, ada 6 orang tewas tertembak 27 Juni saat mereka berusaha mendapatkan makanan di Jalur Gaza selatan. Yang bikin mencurigakan, distribusi bantuan dilakukan lewat lembaga bernama Gaza Humanitarian Foundation (GHF). Lembaga yang baru berdiri sebulan yang lalu itu penuh tanda tanya. Nggak jelas siapa yang bentuk dan siapa pendananya. Bahkan Israel maupun Amerika Serikat nggak ngaku itu bagian dari mereka. Tapi anehnya, bantuan GHF dikawal langsung militer Israel dan distribusinya juga ditentukan sepihak.
Makanya banyak yang bilan, GHF ini bukan lembaga kemanusiaan. Tapi kendaraan politik buat ngatur akses keluar-masuk Gaza dan jalanin operasi militer. Padahal normalnya, penyalur bantuan itu harusnya netral. Sekarang, lokasi distribusi bantuan di Gaza kayak permainan di series Squid Game yang penuh jebakan. Mati kelaparan atau mati waktu lagi usaha nyari makanan. Menurut hukum internasional, semua pihak dalam konflik sosial atau perang wajib melindungi warga sipil. Apalagi ketika mereka lagi nyari kebutuhan dasar kayak makanan dan obat. Tapi di Gaza, warga sipil malah jadi target tembak.
PBB bilang sistem distribusi bantuan kayak gini ‘sangat tidak aman’. Organisasi medis internasional, Doctors Without Borders (MSF) sebut ini sebagai pembantaian berkedok kemanusiaan. Mahkamah Militer Israel sekarang lagi buka investigasi soal tuduhan ini. Uni Eropa juga udah mulai kasih tekanan diplomatik. Tapi belum ada sanksi nyata. Beratnya hidup warga di Gaza sekarang udah bener-bener di luar akal sehat. Rumah hancur, listrik mati, air bersih susah. Sekarang mereka juga jadi sasaran tembak waktu antri nunggu bantuan makanan.
Anak-anak Gaza sekarang tumbuh dengan ingatan penuh trauma. Keluarganya ditembak pas antri bantuan. Semoga dunia semakin membuka mata atas penderitaan yang dialami warga di Gaza akibat genosida Israel. Solidaritas kita untuk rakyat Palestina!


