Kelewatan! Tempo Sebar Hoaks Nenek Meninggal Karena Antri Gas

Published:

Tempo kali ini kelewatan banget! Mereka menyebarkan hoax meninggalnya seorang nenek gara-gara antri gas. Mereka beritakan kabar itu pada 3 Februari 2025 lalu melalui media online mereka, tempo.co. Dalam pemberitaannya Tempo menulis: Malang nasib yang menimpa Yonih Binti Saman. Perempuan 62 tahun ini tutup usia usai mengantri elpiji 3 kilogram. Yonih diduga kelelahan usai mengantri selama kurang lebih dua jam. Guna menguatkan bahwa narasi bahwa si nenek meninggal setelah antri gas, dalam ilustrasinya Tempo menyertakan foto warga sedang antri.

Tempo, tak hanya sekali memberitakan kematian Yonih, mereka kembali memberitakannya pada 4 Februari 2025. Dalam pemberitaannya yang kedua tempo menulis: Akibat kelelahan mengantri gas 3, seorang warga RT/RW 001/007, Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, bernama Yonih dikabarkan meninggal. Tempo mengutip pernyataan seorang warga di daerah yang bernama Saeful. Rupanya tanpa mengecek lagi, Tempo langsung memberitakan kabar itu. Setelah dicek kepolisian, ternyata kabar itu tidak akurat. Faktanya, nenek itu tidak antri saat membeli gas di pangkalan gas dekat rumahnya.

Hal ini disampaikan oleh Kapolsek Pamulang Kompol Widya Agustiono. Menurut Widya setelah ada kabar meninggalnya seorang nenek karena antri gas, kepolisian langsung mengecek ke lokasi meninggalnya nenek itu. Mereka mendatangi pangkalan gas tempat nenek itu membeli gas 3 kg tersebut, guna meminta keterangan saksi. Ternyata, fakta yang didapat nenek itu tidak antri saat membeli gas itu.

Nenek itu memang datang ke lokasi itu sekitar pukul 10.00. Menurut pengelola pangkalan gas, nenek itu langsung mendapatkan gas itu, tanpa melalui antri. Guna membuktikan kebenaran pernyataannya, pengelola memberikan bukti video CCTV kepada polisi. Polisi menyayangkan, pemberitaan yang menyebut nenek meninggal setelah antre. “Posisi beliau tidak antre. Kan di berita itu narasinya dia meninggal saat antre, itu tidak benar,” ucap Widya, mengutip pemberitaan Detik.com. Menurut anaknya, ibunya, Yonih memang mempunyai riwayat penyakit darah tinggi.

Sehari-hari Yonih berjualan nasi uduk dari pagi sampai petang. Hari itu memang Yonih kehabisan gas, maka kemudian dia membeli di pangkalan terdekat dengan rumahnya. Sepulang memberi gas, kondisi Yonih drop. Sempat dilarikan ke rumah sakit, tapi tidak tertolong.

Apa yang dilakukan Tempo bener-benar ceroboh. Tanpa melakukan cek ricek kembali, mereka langsung memberitakan kabar yang mereka dapat. Lebih kelewatan lagi, mereka juga menarasikan kalau nenek Yonih itu meninggal karena antri gas. Tempo benar-benar tidak menghiraukan akurasi berita yang mereka buat.

Kami juga tidak setuju, dengan program yang dilakukan oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang melarang penjualan gas melalui pengecer. Tapi memberitakan sesuatu tidak sesuai fakta, itu jelas sebuah pelanggaran etik serius yang dilakukan Tempo. Jadi terlihat, Tempo seperti sedang punya agenda menjelekkan program pemerintah, bukan memberi kritik agar program itu berjalan baik.

Emang sih, bukan hanya Tempo yang memberitakan kabar tersebut. Tapi Tempo lah yang pertama memberitakan dan menarasikan seolah nenek itu meninggal karena antri gas. Media sebesar Tempo jangan jadi agen penyebar hoaks ya. Yukkk jaga akurasi data kalian!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img