Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka menunjukkan kepeduliannya kepada anak-anak korban penyerangan kaum intoleran di Padang. Rabu, 30 Juli lalu, Mas Gibran langsung terbang mengunjungi anak-anak itu. Di video yang diupload, Mas Gibran terlihat akrab ngobrol dengan anak-anak itu. Dia pun terlihat membagikan mainan dan alat tulis bagi 23 anak-anak itu. Salah satu orang tua, Andreas Gulo, bilang anak-anaknya seneng banget dikunjungin langsung Mas Gibran. “Mereka sangat gembira. Kami sebagai orang tua juga senang sudah dikunjungi Pak Wapres,” kata Andreas. Dia juga berharap anak-anaknya bisa cepet move on dari kejadian yang bikin mereka trauma itu.
Buat yang belum tahu, tanggal 27 Juli 2025, terjadi penyerangan brutal di Rumah Doa milik jemaat GKSI Anugerah, Padang. Saat itu, sekitar 30 anak mengikuti pelajaran agama Kristen. Tiba-tiba sekelompok warga menyerbu, teriak-teriak “bubarkan”, lempar batu, rusak jendela pakai kayu, putus kabel listrik, sampe hancurin fasilitas rumah doa. Akibatnya? Anak perempuan usia 11 tahun dipukul kayu sampe kakinya luka parah dan susah jalan. Anak lain usia 13 tahun ditendang sampe punggungnya cedera. Banyak anak panik, nangis, ketakutan. Aktivitas belajar dan ibadah langsung berhenti total.
Kepolisian Daerah Sumatera Barat telah menahan 9 orang sebagai tersangka dalam kasus perusakan dan pembubaran paksa rumah doa. Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Sosial dan Kesehatan menyediakan program pemulihan psikologis bagi anak-anak korban. Apa yang dilakukan Mas Gibran ini patut dicontoh! Di tengah kondisi yang sensitif kayak gini, ada unsur kekerasan, intoleransi, dan anak-anak jadi korban Mas Gibran dateng langsung. Bukan buat cari muka, tapi buat buktiin bahwa negara bener-bener hadir.
Di saat banyak pejabat cuma main aman, Mas Gibran justru milih turun ke lapangan. Padahal, nggak bisa dipungkiri, Gibran adalah tokoh politik muda yang sedang dalam sorotan besar. Sejak jadi cawapres dan akhirnya menang bareng Pak Prabowo, Gibran tuh nggak pernah lepas dari serangan. Mulai dari tuduhan dinasti politik, dicap “anak ingusan”, sampe digoreng terus soal pemakzulan karena dianggap cawapres termuda yang “nggak sah”. Belum cukup di situ, waktu udah resmi jadi Wapres pun, dia sempet dikirim ke Papua buat menangani konflik di sana. Banyak yang bilang itu “jebakan politik”.
Tapi justru di tengah semua tekanan itu, Gibran nunjukin sesuatu yang beda. Dia buktiin bahwa dia nggak cuma ngerti teori politik, tapi juga paham lapangan. Dari Papua yang panas, sampe Padang yang dibungkam intoleransi, dia hadir buat rakyat. Mas Gibran buktiin kalau politik itu bukan sekadar debat di parlemen, tapi aksi nyata. Serangan boleh terus datang, mau yang receh, yang personal, yang nyinyir, dia tetep jalan. Rakyat tuh nggak butuh pejabat yang jago ngomong di TV, tapi yang hadir waktu rakyat susah. Dan dia lagi buktiin itu, bukan lewat kata-kata, tapi lewat aksi. Lanjutkan, Mas Gibran!


