Kok Berdzikir sambil Berjoget di Tengah Kuburan?

Published:

Boleh nggak sih berdzikir sambil berjoget di tengah kuburan? Nggak takut ya sama penghuni kuburan yang mungkin masih gentayangan? Pertanyaan-pertanyaan ini muncul gagara video yang sedang viral yang menampilkan jamaah yang lakuin dzikir dan gerak-gerakin tubuh mereka di tengah-tengah kuburan. Kejadian dalam yang direkam dalam video berlangsung sekitar Agustus tahun lalu. Di sana terlihat, berbagai kalangan umur hadir di malam itu, dari orang dewasa sampai anak-anak SD. Sambil menyebut nama “Allah”, mereka lakuin gerakan tangan layaknya takbiratul ihram saat shalat. Tapi anehnya, ada gerakan tambahan yakni maju-mundur, yang makin lama terlihat seperti gerakan berjoget.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata ritual ini berasal dari ulama terkemuka asal Kalimantan. Namanya Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau dikenal dengan nama Abah Guru Sekumpul. Kabarnya, Guru Sekumpul ini sudah wafat pada Agustus 2005 lalu. Sebelum wafat, dia mengajarkan gerakan itu kepada pengikutnya dan dinamai ‘Dzikir Nasyid’. Dzikir ini populer di Masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan. Dzikir ini dilakukan seperti pada pelafalan pada umumnya, sambil menggerakkan seluruh badan. Menurut Guru Sekumpul, Dzikir Nasyid ini dilakukan sebagai cara untuk membuat seluruh anggota tubuh ikut berzikir.

“Badan bergerak saat zikir itu agar seluruh badan ikut berzikir,” terangnya.

Mungkin bagi sebagian kalangan, Dzikir Nasyid yang diajarkan Guru Sekumpul terlihat aneh dan nggak lazim. Bagi kalangan ini, dzikir dipahami sebagai kegiatan ibadah yang hening dan nggak melibatkan gerakan-gerakan tertentu. Padahal, melakukan dzikir sambil menggerakkan badan adalah hal yang biasa dalam tradisi tawasuf, spiritualitas Islam.

Guru Sekumpul sendiri dikenal sebagai salah satu pengajar kelompok tarekat Sammaniyah. Tarekat itu artinya semacam ordo dalam tradisi tasawuf. Tari Saman dari Aceh yang sudah mendunia itu misalnya adalah tarian yang dikembangkan Syekh Mohammad as-Samman, guru tasawuf kelahiran Madinah, pada abad ke-17 Masehi. Atau Whirling Dervishes yang biasa dilakukan penghayat sufi di Turki adalah kreasi dari ulama tasawuf terkenal, Jalaluddin Rumi.

Jadi sebenarnya berzikir sambil menggerakan badan itu bukan hal yang nggak pantas. Yang penting dilakukan sekarang adalah penyebaran informasi tentang Dzikir Nasyid oleh penerus Guru Sekumpul. Agar masyarakat umum nggak salah paham tentang aktivitas ibadah itu. Apalagi kalau itu dilakukan di kuburan.

Bagaimana pun kuburan adalah tempat yang harus dihormati sehingga aktivitas apapun di dalamnya nggak mengganggu warga sekitar. Jangan seperti yang pernah terjadi di Tangerang pada Februari tahun lalu. Kelompok Islam Aliyudin di Desa Cibugel, Cisoka dituding menganut aliran sesat.

Pasalnya mereka lakuin ritual rutin di dekat kuburan dan melibatkan anjing bewarna hitam untuk menjilat jamaahnya. Gak masuk akalnya, mereka mengucapkan istighfar secara terbalik. Yang seharusnya astaghfirullahaladzim menjadi haladzimastagfirullah.

Ini jelas bikin resah warga dan bikin mereka dilaporin ke pihak berwajib. Setelah ditelusuri, MUI menganggap kelompok itu nggak menganut ‘aliran sesat’. Hanya saja, mereka dianggap nggak paham dan salah kaprah dalam memahami ajaran agama Islam. Ziarah atau doa di kuburan adalah tradisi yang lazim dalam komunitas muslim. Memang sebagian menetapkan tata cara atau adab selama berziarah. Tapi sebagian lainnya, menetapkan tata cara atau adab yang berbeda dengan kelompok lain.

Mari saling menghargai beragam tata cara atau adab berziarah yang ditetapkan. Yang penting, di dalamnya nggak ada indikasi aktivitas yang mengganggu masyarakat sekitar dan merugikan jamaahnya.

Yuk, beragama dengan akal sehat!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img