Jakarta, PIS – Begitu sulitkah untuk berempati pada mereka yang tertimpa musibah Pertanyaan ini muncul ketika membaca berbagai komentar terhadap musibah yang dialami Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK). Anak sulungnya, Emmeril Khan Mumtadz atau Eril hilang di sungai Aare, Swiss Kamis, 26 Mei lalu. Sampai saat ini Eril belum ditemukan. Banyak kalangan menyampaikan simpati melalui media sosial, atau media lainnya. Tapi ada saja yang tidak. Salah satunya adalah Rara Isti Wulandari. Sosok ini dikenal sebagai pawang hujan selama gelaran MotoGP Mandalika.
Rara melalui akun Instagramnya menyampaikan ramalan, berdasarkan kartu tarotnya. Menurut Rara, Eril sudah meninggal, dan dia akan ditemukan di arus sungai Aare ke arah selatan kanan. Rara juga menyebut tim pencari akan menemukan robekan celana pendek warna gelap. Menurut ramalan Rara, jasad Eril akan mengambang dan akan ditemukan pada jam 8. Sontak unggahan Rara mendapat banyak kecaman dari nitizen. Tidak peduli dengan kecaman itu, sehari kemudian Rara kembali menyampaikan ramalannya. Rara mengaku berhasil tersambung dengan roh Eril. Dalam komunikasinya, menurut Rara, Eril menyesal bercanda dan berenang tidak menggunakan pelampung. Komentar yang lebih jahat datang dari sebuah akun twitter @sinsfluencer.
Menurutnya yang terjadi sama Eril adalah sebuah azab terhadap RK karena suka menggusur rumah warga. Komentar tersebut membuat banyak netizen marah Salah satu respons pedas datang dari komika Arie Kriting. “Saya tidak setuju dengan penggusuran, tapi untuk kasus yang kamu alami, kayaknya kau pantas digusur,” tulis Arie. Beberapa akun lain juga menjadikan musibah ini sebagai bahan lucu-lucuan. Musibah bisa datang kepada siapapun tanpa bisa diduga. Itu mendatangkan rasa sedih, luka, cemas bagi mereka yang tertimpa. Sekadar doa, perhatian dan simpati sudah cukup buat mereka. Bukan malah komentar yang membuat mereka semakin sedih. Mari berempati, sebagai wujud kemanusiaan kita.
