Bener nggak sih orang Kristen wajib dukung Israel? Dan katanya kalau nolak dukung bakal dikutuk Tuhan? Biar lebih paham, mending nonton podcast Talk Uncensored with Andini Effendi di YouTube Cauldron Content, Sabtu, 3 Oktober. Bintang tamunya Pendeta Florian Simatupang. Andini sebagai host nanya soal pandangan Kristen tentang membela Israel.
”Soal Israel, memang ada kata-kata itu kan di Alkitab? Emang harus membela Israel?” tanya Andini. Pendeta Florian jawab, memang ada ayatnya, tapi konteksnya beda. ”Ada janji Tuhan ke Abraham. Tuhan bilang, ‘Aku akan memberkati orang yang memberkati kamu, dan mengutuk orang yang mengutuk kamu.’” ”Nah karena keturunan Abraham adalah Yakub, yang namanya kemudian jadi Israel, ayat itu diartikan ‘Siapa yang memberkati Israel diberkati Tuhan, siapa mengutuk Israel dikutuk Tuhan,’” jelas Florian.
Tapi, saat ini banyak banget orang yang ngartiin israel sebagai negara Israel, padahal beda banget sama Israel yang dimaksud di Alkitab. Israel di Alkitab punya tugas jadi bangsa yang memberkati bangsa lain. ”Lewat cara hidupnya, Israel harusnya menegakkan keadilan, peduli sama orang kecil, dan membela yang nggak punya hak,” kata Florian. ”Dengan begitu, Israel memberkati dunia.” Penjelasan Pendeta Florian ini masuk akal banget. Secara sejarah dan teologi, “Israel” di Alkitab bukan negara modern, tapi komunitas umat Tuhan.
Nama “Israel” sendiri berasal dari Yakub, tokoh Alkitab yang bergumul dengan malaikat di Kejadian 32:28. Setelah menang dalam pergumulan itu, Yakub dikasih nama Israel yang artinya “bergumul dengan Allah dan menang.” Ayat itu ngomongin soal panggilan iman, bukan tentang proyek politik zaman sekarang. Jadi Israel sejati itu umat yang hidup dalam keadilan, kasih, dan belas kasih Tuhan.
Sementara negara Israel modern berdiri tahun 1948 karena trauma Holocaust, kolonialisme Inggris, dan gerakan politik Zionis. Pendiri negara itu, Theodor Herzl, malah bukan tokoh religius. Ia pengen bikin negara Yahudi demi perlindungan etnis, bukan untuk nubuat rohani. Jadi, negara Israel sekarang beda jauh dari “Israel” yang dimaksud dalam Alkitab.
Yesus juga ngajarin kalau Kerajaan Allah bukan soal bangsa atau wilayah, tapi soal hati dan iman. Di Perjanjian Baru, “Israel sejati” diartikan ulang — bukan keturunan darah Abraham, tapi siapa pun yang hidup dalam iman dan kasih. Seperti di Roma 9:6 dan 9:8: ”Bukan semua yang dari Israel adalah orang Israel,” dan ”Anak-anak Allah adalah mereka yang lahir karena janji.” Jadi, Yesus nggak pernah ngajarin nasionalisme religius atau kekerasan atas nama Tuhan. Dia bahkan melarang muridnya pakai pedang (Matius 26:52) dan ngajarin kasih bahkan ke musuh.
Makanya kalau ada negara, termasuk Israel, menindas warga sipil, ngerampas tanah, dan ngebunuh anak-anak, orang Kristen harusnya berdiri di sisi korban, bukan penindas. Kalau masih ada orang Kristen bela negara Israel, mungkin karena tiga hal. Pertama, literalisme buta, baca Alkitab tanpa ngerti konteks sejarah dan maknanya. Kedua, fanatisme politik, menjadikan negara modern sebagai objek “iman” tersembunyi. Ketiga, kebutaan moral, cuek sama penderitaan manusia demi agenda ideologis. Itu artinya iman dibelokkan jadi ideologi, di mana kasih Kristus diganti loyalitas politik.
Dukung Israel bukan berarti bela negara yang menindas. Tapi mendukung panggilan Tuhan agar manusia hidup dalam kasih dan keadilan. Kalau suatu bangsa menindas bangsa lain, tugas orang Kristen bukan membela, tapi menegur. Soalnya kasih tanpa kebenaran cuma jadi kemunafikan rohani. Solidaritas kita untuk Palestina!


