Ormas Muslim Syiah Berkunjung Ke Muhammadiyah

Published:

Jakarta, PIS – Kunjungan Pengurus Ahlulbait Indonesia (ABI) ke kantor pengurus Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada 7 Juni lalu adalah peristiwa penting. ABI adalah salah satu ormas Islam Syiah, sementara Muhammadiyah salah satu ormas Islam Sunni. Sunni dan Syah adalah dua kelompok besar utama dalam dunia islam. Di dunia, dan juga di Indonesia, dua kelompok itu untuk waktu yang sangat lama kerap bersitegang, bahkan saling menumpahkan darah. Di Indonesia, Muslim Syiah yang minoritas kerap jadi korban ujaran kebencian dan penyerangan. Komunitas Muslim Syiah di Sampang, Madura, misalnya, diserang dan diusir dari kampung halamannya pada Agustus 2012.

Setelah tragedi itu, menguat desakan dari kelompok Islam radikal agar ormas Islam berpengaruh seperti MUI mengeluarkan fatwa sesat terhadap Syiah. Abdul Mu’ti selaku Sekretaris Umum PP Muhammadiyah adalah salah satu tokoh yang lantang menolak desakan itu. Salah satu rekomendasi hasil Muktamar Muhammadiyah 2015 mendorong dialog dan mengembangkan pemahaman tentang perbedaan untuk mencegah konflik Sunni-Syiah di Indonesia semakin meluas.  Karena itu kunjungan pengurus ABI ke kantor Muhammadiyah bisa diartikan sebagai upaya membangun persaudaraan itu. Ketua Umum ABI, Habib Zahir bin Yahya, mengatakan tujuan kedatangan perwakilan ABI adalah untuk bersilaturahmi. Ia berharap ABI bisa mendapat kesempatan seperti Muhammadiyah yang berkontribusi bagi bangsa, terutama di bidang sosial dan pendidikan. Ia juga berharap, Muhammadiyah turut mendukung hak-hak asasi Muslim Syiah dalam hidup dan mengamalkan ibadah sesuai keyakinannya yang setara dengan warga lainnya. Abdul Mu’ti turut menyambut kedatangan perwakilan ABI.

Mu’ti mengapresiasi kunjungan perwakilan ABI karena banyak kesalahpahaman yang berkembang dapat diselesaikan melalui silaturahmi. Mu’ti menyinggung isu soal perbedaan al-Quran milik muslim Syiah dengan muslim Sunni yang selama ini dikembangkan. Ia menegaskan al-Quran yang dibaca muslim Syiah dan muslim Sunni adalah sama. Menurut Mu’ti, Islam menjadi kuat bila bisa saling menerima dan memahami pilihan masing-masing umat. Karena itu, ia mendorong umat Islam tidak lagi mewarisi konflik masa lalu dan mencoba membangun relasi baru. Mudah-mudahan upaya membangun persaudaraan dalam umat Islam tidak berhenti pada kunjungan tersebut. SUNNI DAN SYIAH BERSAUDARA, INDONESIA DAMAI DAN SEJAHTERA.

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img