Jakarta, PIS – Pembebasan kaum perempuan di dunia Islam terus berlangsung. Penguasa Saudi sudah mengizinkan perempuan melepas jilbab. Kini giliran pemerintah Iran mengizinkan perempuan menonton sepakbola langsung di stadion
Selama 43 tahun terakhir, perempuan Iran dikekang. Pada 1979, berlangsung revolusi Iran yang melahirkan pemerintah Islam. Rezim islam itu membatasi hak-hak perempuan. Termasuk dalam hal menonton, bercampur dengan pria di stadion
Pembauran pria dan perempuan ini diterapkan pada pertandingan liga domestik Iran pada Kamis. 25 Agustus lalu. Pemerintah Iran sebenarnya belum mengambil keputusan final. Kalau positif, hasilnya kebijakan ini akan diterapkan di stadion-stadion lain di Iran.
Desakan untuk membuka stadion bagi perempuan menguat sejak 2019. Di tahun itu, terjadi aksi bakar diri seorang perempuan penggemar sepakbola bernama Sahar Khodayari. Saat itu Kodayari menyamar sebagai laki-laki untuk menonton pertandingan.
Tapi penyamarannya diketahui oleh kepolisian. Khawatir akan dijebloskan ke penjara, Khodayari pun membakar diri. Kematian Khodayari yang kemudian dikenal sebagai gadis biru memicu protes dari banyak pihak.
Badan sepakbola dunia FIFA diminta melarang Iran ikut berlaga di kompetisi internasional. Ada juga Gerakan untuk memboikot pertandingan sepakbola di Iran. Pada awal Agustus FIFA mengirim surat terkait persoalan itu.
Mereka meminta Iran mengizinkan perempuan masuk stadion. Menurut FIFA melarang perempuan menyaksikan pertandingan di stadion tergolong tindak diskriminatif yang tidak ditoleransi FIFA. Setelah adanya surat itu Menteri Olahraga Iran Hamid Sajadi membolehkan perempuan datang ke stadion pada pertandingan sepakbola .
Akan tetapi Ahmad Alamolhoda, imam yang berperan penting dalam pengambil keputusan Iran tetap melarangnya. Alamolhoda tetap ngotot menolak kehadiran perempuan sebagai penonton dalam kompetisi olahraga laki-laki.
Ini memang jadi dilema bagi Iran. Kuatnya otoritas imam di Iran, menyebabkan Iran berubah-ubah menghadapi masalah ini. Pada Januari 2022 suporter perempuan sempat diizinkan untuk menghadiri pertandingan kualifikasi Piala Dunia melawan Irak.
Namun, pemerintyah melarangnya kembali pada bulan Maret, saat pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022 terakhir saat melawan Lebanon. Reformasi di Iran harus terus digelorakan. Ayo kita dukung perempuan Iran