Jakarta, PIS – Demonstrasi di Iran semakin meluas dan memanas. Sejak berlangsung pada 17 September, demonstrasi menjalar hingga di 80 kota. Mayoritas demonstran adalah kaum perempuan.
Mereka meneriakkan ‘Matilah Republik Islam’ dan ‘Enyahlah Jilbab’. Para demonstran perempuan tampak ramai-ramai melepas jilbab mereka lalu membakarnya. Video demonstran perempuan yang memotong rambutnya viral di media sosial dan menginspirasi perempuan lainnya mengikuti aksi serupa.
Demonstrasi juga dilakukan ratusan orang Iran dan aktivis HAM di Prancis. Otoritas Iran merespons para demonstran dengan langkah yang represif. Kepolisian menembaki para demonstran dengan peluru tajam
Demonstran membalas dengan membakar kantor polisi dan beberapa kendaraan. Pasukan Garda Revolusi Iran juga diturunkan untuk menangani demonstrasi. Sejauh ini, menurut otoritas Iran, total yang tewas mencapai 35 orang, baik demonstran maupun kepolisian.
Versi para aktivis menyebut 50 orang sudah tewas dan terus bertambah. Terbaru, perempuan muda bernama Hadis Najafi dikabarkan tewas dengan 6 peluru yang menembus tubuhnya. Video yang memperlihatkan Najafi sedang mengikat rambut sebelum demonstrasi viral di media sosial.
Kerusuhan di Iran adalah buntut dari terbunuhnya Mahsa Amini (22 tahun) pada 16 September. Amini ditangkap polisi moral karena dianggap mengenakan jilbab yang tidak sesuai aturan di Teheran pada 13 September.
Amini kemudian dinyatakan meninggal, setelah koma tiga hari. Kepolisian Iran berdalih Amini tewas terkena serangan jantung. Tapi kaum aktivis tidak percaya. Apalagi karena ada foto Amini terbaring di rumah sakit dengan wajah berlumur darah
Diduga, Amini tewas karena dipukuli selama di tahanan. Demonstrasi kali ini dianggap sebagai kerusuhan terburuk sejak Revolusi Islam 1979. Iran sebenarnya sempat melonggar di masa pemerintahan Hassan Rouhani, pada 2013-2021
Ketika itu, polisi moral diminta tidak menetapkan aturan-aturan tentang pakaian perempuan secara terlalu ketat. Saat itu banyak perempuan berani memperlihatkan sebagian rambut, bahkan di kota konservatif seperti Qum.
Namun kemenangan Ebrahim Raisi, seorang hakim garis keras, sebagai Presiden tahun lalu mengubah segalanya. Pada Juli tahun ini Raisi mengingatkan bahwa hukum hijab akan kembali diimplementasikan secara penuh di Iran.
Sejak saat itulah polisi moral Iran secara aktif melakukan pengawasan untuk mengamati apakah warga Iran mematuhi aturan berpakaian yang ditetapkan. Kini Iran bergejolak. AYO DUKUNG PEREMPUAN IRAN MENDAPATKAN KEBEBASANNYA!