PRESIDEN MAKEDONIA UTARA KASIH TELADAN SOAL MEMPERLAKUKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Published:

Presiden Makedonia Utara, Stevo Pendarovski, kasih contoh keren soal cara memperlakukan anak berkebutuhan khusus dengan penuh empati. Dia nganterin langsung seorang anak perempuan berusia 11 tahun dengan Down Syndrome ke sekolahnya. Waktu itu, Stevo bahkan megang tangan anak itu sambil jalan bareng menuju sekolah. Gesture kecil tapi maknanya gede banget.

Bahkan saat Anak itu masuk ke sekolah, Stevo melambaikan tangan sambil senyum. Anak itu namanya Embla Ademi, dan dia sempat jadi korban bullying dari teman-teman di sekolahnya. Kata juru bicara kantor kepresidenan, Embla dirundung karena kondisinya yang berbeda, Down Syndrome. Down Syndrome itu kondisi genetik yang bisa bikin seseorang punya ciri fisik khas dan tantangan dalam belajar atau kesehatan.

Nah lewat siaran pers, kantor kepresidenan bilang kalau Presiden juga ngobrol langsung sama orang tua Embla, ngebahas perjuangan mereka sehari-hari. Juga cari solusi biar anak kayak Embla bisa diterima sepenuhnya di lingkungan sekolah. “Presiden mengatakan bahwa perilaku mereka yang membahayakan hak-hak anak tidak dapat diterima, terutama untuk anak-anak dengan perkembangan atipikal,” katanya lewat siaran Pers. “Mereka seharusnya tidak hanya menikmati hak yang layak mereka dapatkan, tetapi juga merasa setara dan diterima di meja sekolah dan halaman sekolah”. “Ini adalah kewajiban kita, sebagai negara, tetapi juga sebagai individu, dan elemen kunci dalam misi bersama ini adalah empati,” lanjutnya. Stevo nekenin juga pentingnya pendidikan inklusif, yang fokus ke pengembangan kemampuan tiap anak sesuai proses belajarnya, dan pentingnya ningkatin kesadaran publik soal penerimaan anak berkebutuhan khusus.

Btw, momen ini sebenernya terjadi tahun 2022, tapi belakangan viral lagi karena banyak orang tersentuh sama tindakannya. Soalnya, masih banyak banget anak-anak berkebutuhan khusus yang jadi korban bullying di sekolah, khususnya di Indonesia. Jangankan anak berkebutuhan khusus, anak yang dianggap berbeda kayak berbadan terlalu gemuk, berbadan terlalu kurus, berwarna kulit gelap dibully juga sama teman-temannya.

Misalnya, di Palembang, Agustus 2024 lalu, ada anak SD yang berkebutuhan khusus ditendang di bagian sensitif sama kakak kelasnya, sampai harus dirawat di rumah sakit. Lalu di Depok, Oktober 2024, ada siswa SMP inisial R, juga anak berkebutuhan khusus, yang dibully sampai dia melukai dirinya sendiri. Puncaknya, waktu upacara Hari Kesaktian Pancasila, R dilempar batu sama temannya. Karena nggak tahan dan nggak bisa balas, dia akhirnya memecahkan kaca sekolah dan tangannya luka parah. R sampai harus operasi penyambungan urat tangan. Ini jadi bukti kalau bullying terhadap anak berkebutuhan khusus masih terjadi, bahkan mungkin lebih banyak dari yang kita tahu.

Salah satu contoh sekolah yang bisa jadi contoh adalah Sekolah Nasional Plus Tunas Global di Depok. Sekolah ini nggak cuma ngomongin inklusi, tapi bener-bener jalanin konsepnya. Mereka nerima anak berkebutuhan khusus (ABK), meski dengan jumlah terbatas. Sebelum diterima, ada observasi psikolog buat tahu kebutuhan anak itu, dan kalau perlu, disiapin guru pendamping khusus (shadow teacher). Konsep mereka keren banget: bukan yang minoritas harus adaptasi sama mayoritas. Tapi justru yang mayoritas belajar beradaptasi dan memahami minoritas. Jadi anak-anak di sana diajarin buat ngerti, sabar, dan bisa berempati sama temannya yang punya kebutuhan khusus.

Anak berkebutuhan khusus sering punya tantangan dalam hal komunikasi, sosialisasi, dan regulasi emosi. Hal-hal itu bikin mereka lebih gampang jadi target bullying. Dampaknya? Bisa timbul kecemasan, depresi, rasa minder, bahkan keinginan buat nyakitin diri sendiri. Sayangnya, banyak korban yang milih diem aja karena takut, malu, atau ngerasa nggak ada yang peduli. Dan respon sekolah yang nggak empatik justru bisa memperkuat stigma kalau anak disabilitas itu “aneh” atau “berbeda”. Padahal mereka juga pengen diterima, punya teman, dan bisa hidup di lingkungan yang suportif, sama kayak anak lainnya.

Nggak ada satu pun anak yang pantas dibully — apalagi anak berkebutuhan khusus. Semua anak punya hak buat belajar, main, dan tumbuh dengan bahagia tanpa rasa takut. Semua anak sama, yuk kita perlakukan dengan tanpa membeda-bedakan!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img