Putri Yusuf Mansur Dituduh Tipu 90 Ribu Membernya

Published:

Putri Yusuf Mansur dituduh tipu 90 ribu member bisnisnya. Nilai bisnisnya itu sampe Rp 9 Miliar! Jadi, Wirda Mansur pernah bikin komunitas berbayar Millennial Anti Bokek (MAB).

Komunitas yang diluncurkan pada November 2020 itu bertujuan ngajarin strategi bisnis buat anak-anak muda.

Untuk bisa bergabung, anak-anak muda harus mendaftar sebesar Rp 100 ribu per orang. Dalam waktu singkat, MAB sukses ngumpulin 90 ribu member. Kalau ditotal, dana yang terkumpul sekitar Rp 9 miliar. Model bisnis MAB mirip-mirip afiliasi Shopee/TikTok. Member MAB didorong untuk share link produk yang dijual. Kalau ada yang beli produk itu dari link yang dishare, maka member itu dapet komisi tiap bulan. Produk yang dijual macem-macem, mulai dari skincare sampai kacang-kacangan.

Masalahnya, dalam 2 tahun terakhir ini MAB sudah nggak aktif lagi. Percakapan di WhatsApp Group nggak berlanjut. Website MAB nggak bisa diakses. Akun Instagram MAB ‘udah berdebu’. Mentoring via Zoom atau live media sosial nggak diberikan lagi. Pengelola nggak bisa dihubungi. Customer service susah diakses. Dalam kondisi begitu, banyak member yang bingung dan mengeluh.

Di saat member nunggu kejelasan, Wirda malah nampak happy-happy.

Dia tamasya ke luar negeri, umroh ke tanah suci, unboxing gadget baru.

Member jadi makin kesel. Beberapa member bahkan curhat di media sosial. Pada 16 Februari lalu, seorang netizen di X @basoikangrobak bikin surat terbuka buat Wirda dan viral. “Hiatus hampir 2 tahun, member ditinggalkan tanpa kejelasan,” tulisnya. Akun itu juga nunjukkin video-video Wirda yang dulu pake gelar ‘Presiden MAB’ udah dihapus. Setelah kasus itu rame di Twitter, Instagram, dan TikTok, Wirda langsung batasi kolom komentar. Member nggak menyerah dan terus nge-up kasus ini.

Belakangan, Wirda buka suara lewat Instagram. Dia bilang, angka 90 ribu member itu bukan semuanya berbayar, tapi gabungan dari yang ikut webinar gratis, subscriber Telegram, dan lainnya.

“Jumlah member aktif yang beneran bayar jauh lebih kecil dan biaya pendaftarannya juga beda-beda,” katanya.

“Ada yang bayar Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 25.000, sampai Rp 20.000,” lanjutnya. Karena itu, menurut Wirda, klaim Rp 100 ribu x 90 ribu = Rp 9 miliar itu nggak benar. Wirda juga bilang, mengelola MAB tuh berat karena butuh biaya operasional gede. Tapi dia tetap optimis kalau MAB bakal bangkit lagi. “Kami masih berusaha ngebangkitin MAB. Mohon doanya ya!” tulis Wirda di Instagramnya.

Apa yang dilakukan Wirda dan pengelola MAB jelas praktek komunikasi yang buruk banget.

Wirda dan pengelola MAB sejak awal mengabaikan keluhan yang disampaikan membernya sendiri.

Wirda dan pengelola MAB menutup mata dengan masalah di MAB.

Wirda dan pengelola MAB nggak responsif dan berempati dengan masalah yang dikeluhkan para member MAB.

Wirda dan pengelola MAB baru bereaksi dan merespons ketika keluhan para member viral di media sosial.

Padahal, Wirda dan pengelola MAB membangun MAB dengan menyertakan kegiatan keagamaan, khususnya Islam. Dengan menambah embel-embel agama, harusnya Wirda dan pengelola MAB tambah amanah dalam mengelola MAB. Ketika Wirda dan pengelola MAB nggak profesional mengelola MAB, kemuliaan agama dikhawatirkan juga ikut tercoreng. Bisnis itu bukan cuma sekedar mencari sebesar-besarnya keuntungan. Yuk, jadi influencer dan pebisnis yang amanah!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img